News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud dari Arab Saudi Ungkap Dukungan untuk Raja Yordania

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan al-Saud menghadiri konferensi pers bersama dengan mitranya dari Rusia setelah pertemuan mereka di Moskow pada 14 Januari 2021.

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud mengungkapkan dukungan penuh untuk Raja Yordania, Abdullah II.

Sebelumnya, pihak berwenang Yordania mengklaim telah menggagalkan rencana jahat yang diduga melibatkan mantan Putra Mahkota, Pangeran Hamzah bin Huessin yang dilaporkan memiliki hubungan dengan "pihak asing" yang tidak disebutkan.

Dalam wawancara eksklusif dengan France24, Pangeran Faisal menolak untuk berspekulasi tentang pihak asing mana yang terlibat dalam dugaan plot tersebut.

Baca juga: Pemerintah Ribut Mau Impor Beras, Bos Bulog Malah Mau Ekspor ke Arab

Baca juga: Saudara Tiri Raja Abdullah II, Pangeran Hamzah bin Al Hussein Ditempatkan sebagai Tahanan Rumah

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan al-Saud menghadiri konferensi pers bersama dengan mitranya dari Rusia setelah pertemuan mereka di Moskow pada 14 Januari 2021. (Handout/Kementerian Luar Negeri Rusia/AFP)

Ia memperingatkan bahwa campur tangan pihak luar dalam urusan Yordania "tidak dapat diterima".

"Kami teguh dalam dukungan kami untuk Yang Mulia (Raja Abdullah II) dan rakyat Yordania dalam upaya mereka untuk memastikan keamanan dan stabilitas, baik untuk Yordania dan kawasan," jelas Pangeran Faisal.

Baca juga: Menteri Kesehatan Yordania Mundur Setelah 6 Pasien Covid-19 Meninggal karena Kehabisan Oksigen

Mengapa Pangeran Hamzah Jadi Sasaran?

Langkah untuk menempatkan Hamzah dalam tahanan rumah muncul setelah dia disebut terlibat dalam pertemuan dengan para pemimpin suku Yordania.

Di mana, menurut laporan BBC, dia diyakini telah mengumpulkan dukungan.

Dilansir Tribunnews dari Indiana Express, meski tak ada tanda-tanda persaingan terbuka antara saudara tiri tersebut, Pangeran Hamzah dilaporkan mengkritik kebijakan pemerintah pada 2018 lalu.

Baca juga: Yordania Terima 144.000 Vaksin COVAX yang Didanai Uni Eropa

Ratu Noor dari Yordania, janda mendiang Raja Hussein, dan putranya Putra Mahkota Hamzah Bin Al Hussein menghadiri pertandingan bola basket antara Yordania dan Lebanon 14 Agustus 1999 di Amman. (JAMAL NASRALLAH / AFP)

Pangeran Hamzah menyangkal telah melakukan kesalahan, dia mengecam pemerintah yang berkuasa dalam video yang diberikan pengacaranya kepada BBC.

"Saya bukan orang yang bertanggung jawab atas kegagalam pemerintahan, untuk korupsi, dan ketidakmampuan dalam struktur pemerintahan kita selama 15 tahun terakhir hingga 20 tahun, dan semakin buruk dari tahun ke tahun," ucapnya.

"Kesejahteraan (Yordania) ditempatkan dalam urutan kedua oleh sistem pemerintah yang memutuskan bahwa kepentingan pribadi, keuangan, bahwa korupsi lebih penting daripada kehidupan dan martabat serta masa depan 10 juta orang yang tinggal di sini," imbuh Pangeran Hamzah.

Pangeran Hamzah menuturkan bahwa semua anggota stafnya ditangkap, dan dia beserta keluarganya ditempatkan dalam sebuah istana di luar Ibu Kota Amman.

"Internet dan saluran telepon telah diputus. Ini mungkin terakhir kalinya saya bisa berkomunikasi," jelasnya dalam pesan video.

Baca juga: Kunjungi Yordania, Ini Sederet Isu yang Dibahas Menlu Retno dengan Menlu Ayman

Baca juga: Kunjungi Yordania, Ini Sederet Isu yang Dibahas Menlu Retno dengan Menlu Ayman

Sosok Pangeran Hamzah

Pangeran Hamzah (41) merupakan putra dari Hussein dan Ratu Noor, istri keempatnya yang lahir di Amerika.

Secara luas, Pangeran Hamzah dianggap sebagai anak kesayangan Hussein.

Pangeran Hamzah diangkat menjadi putra mahkota Yordania pada 1999, tahun kematian mantan raja.

Namun, pada saat itu, Hamzah dipandang terlalu muda untuk disebut sebagai penerus Hussein, dan Abdullah II naik takhta.

Pangeran Yordania Hamzah Bin Al-Hussein menghadiri acara pers di Amman di mana Pangeran Ali mengumumkan upayanya untuk menggantikan presiden FIFA Joseph Blatter pada 9 September 2015. Pangeran Ali, 39, adalah mantan wakil presiden FIFA yang memimpin tantangan yang gagal sebagai reformasi kandidat melawan Blatter untuk jabatan puncak pada Mei, hanya dua hari setelah penangkapan tujuh pejabat FIFA di Zurich.

Raja Abdullah II mencabut gelar putra mahkota Hamzah pada 2004, memberikannya kepada putranya sendiri.

Ini dipandang sebagai pukulan bagi Ratu Noor, yang berharap putranya akan menjadi raja suatu hari nanti.

Baca juga: Atase Ketenagakerjaan Yordania Raih 2 Penghargaan Pelindungan Pekerja Migran

Berita lain terkait Yordania

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini