TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud mengungkapkan dukungan penuh untuk Raja Yordania, Abdullah II.
Sebelumnya, pihak berwenang Yordania mengklaim telah menggagalkan rencana jahat yang diduga melibatkan mantan Putra Mahkota, Pangeran Hamzah bin Huessin yang dilaporkan memiliki hubungan dengan "pihak asing" yang tidak disebutkan.
Dalam wawancara eksklusif dengan France24, Pangeran Faisal menolak untuk berspekulasi tentang pihak asing mana yang terlibat dalam dugaan plot tersebut.
Baca juga: Pemerintah Ribut Mau Impor Beras, Bos Bulog Malah Mau Ekspor ke Arab
Baca juga: Saudara Tiri Raja Abdullah II, Pangeran Hamzah bin Al Hussein Ditempatkan sebagai Tahanan Rumah
Ia memperingatkan bahwa campur tangan pihak luar dalam urusan Yordania "tidak dapat diterima".
"Kami teguh dalam dukungan kami untuk Yang Mulia (Raja Abdullah II) dan rakyat Yordania dalam upaya mereka untuk memastikan keamanan dan stabilitas, baik untuk Yordania dan kawasan," jelas Pangeran Faisal.
Baca juga: Menteri Kesehatan Yordania Mundur Setelah 6 Pasien Covid-19 Meninggal karena Kehabisan Oksigen
Mengapa Pangeran Hamzah Jadi Sasaran?
Langkah untuk menempatkan Hamzah dalam tahanan rumah muncul setelah dia disebut terlibat dalam pertemuan dengan para pemimpin suku Yordania.
Di mana, menurut laporan BBC, dia diyakini telah mengumpulkan dukungan.
Dilansir Tribunnews dari Indiana Express, meski tak ada tanda-tanda persaingan terbuka antara saudara tiri tersebut, Pangeran Hamzah dilaporkan mengkritik kebijakan pemerintah pada 2018 lalu.
Baca juga: Yordania Terima 144.000 Vaksin COVAX yang Didanai Uni Eropa
Pangeran Hamzah menyangkal telah melakukan kesalahan, dia mengecam pemerintah yang berkuasa dalam video yang diberikan pengacaranya kepada BBC.
"Saya bukan orang yang bertanggung jawab atas kegagalam pemerintahan, untuk korupsi, dan ketidakmampuan dalam struktur pemerintahan kita selama 15 tahun terakhir hingga 20 tahun, dan semakin buruk dari tahun ke tahun," ucapnya.
"Kesejahteraan (Yordania) ditempatkan dalam urutan kedua oleh sistem pemerintah yang memutuskan bahwa kepentingan pribadi, keuangan, bahwa korupsi lebih penting daripada kehidupan dan martabat serta masa depan 10 juta orang yang tinggal di sini," imbuh Pangeran Hamzah.
Pangeran Hamzah menuturkan bahwa semua anggota stafnya ditangkap, dan dia beserta keluarganya ditempatkan dalam sebuah istana di luar Ibu Kota Amman.
"Internet dan saluran telepon telah diputus. Ini mungkin terakhir kalinya saya bisa berkomunikasi," jelasnya dalam pesan video.
Baca juga: Kunjungi Yordania, Ini Sederet Isu yang Dibahas Menlu Retno dengan Menlu Ayman
Baca juga: Kunjungi Yordania, Ini Sederet Isu yang Dibahas Menlu Retno dengan Menlu Ayman
Sosok Pangeran Hamzah
Pangeran Hamzah (41) merupakan putra dari Hussein dan Ratu Noor, istri keempatnya yang lahir di Amerika.
Secara luas, Pangeran Hamzah dianggap sebagai anak kesayangan Hussein.
Pangeran Hamzah diangkat menjadi putra mahkota Yordania pada 1999, tahun kematian mantan raja.
Namun, pada saat itu, Hamzah dipandang terlalu muda untuk disebut sebagai penerus Hussein, dan Abdullah II naik takhta.
Raja Abdullah II mencabut gelar putra mahkota Hamzah pada 2004, memberikannya kepada putranya sendiri.
Ini dipandang sebagai pukulan bagi Ratu Noor, yang berharap putranya akan menjadi raja suatu hari nanti.
Baca juga: Atase Ketenagakerjaan Yordania Raih 2 Penghargaan Pelindungan Pekerja Migran
Berita lain terkait Yordania
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)