TRIBUNNEWS.COM, SWISS - Direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, dunia dapat mengendalikan pandemi virus corona (Covid-19) dalam beberapa bulan mendatang.
Hal itu bisa terjadi asalkan distribusi sumber daya yang diperlukan dalam penanganan Covid-19 dilakukan secara adil.
Dikutip dari Channel News Asia, Tedros mengkalim pihaknya memiliki alat untuk mengendalikan pandemi dalam hitungan bulan.
"Kami memiliki alat untuk mengendalikan pandemi ini dalam hitungan bulan, jika kami menerapkannya secara konsisten dan adil," kata Tedros dalam konferensi pers pada Senin (19/4/2021).
Selanjutnya, Tedros mengungkapkan keprihatinannya atas peningkatan kasus Covid-19 yang mengkhawatirkan.
Di mana virus yang diduga berasal dari Wuhan, China itu, kini menginfeksi mereka yang berusia 25-59 tahun di seluruh dunia.
Baca juga: Malam Nanti Pemerintah Jepang Umumkan Pemberlakuan Deklarasi Darurat Covid-19 di Osaka
Tedros menduga, virus yang menginfeksi rentang usia tersebut adalah mutasi baru yang jauh lebih mudah menular.
Tak hanya itu, Tedros juga menyinggung soal angka kematian yang mengalami peningkatan.
"Butuh sembilan bulan untuk mencapai 1 juta kematian, 4 bulan untuk mencapai 2 juta, dan 3 bulan untuk mencapai 3 juta," ujar Tedros.
Sementara itu, aktivis perubahan iklim global Greta Thunberg yang bergabung dalam pengarahan sebagai tamu virtual dari Swedia, membahas soal nasionalisme vaksin.
Thunberg mengatakan, tidak etis bahwa negara-negara maju memprioritaskan warganya yang berusia lebih muda untuk vaksinasi sebelum kelompok rentan di negara berkembang.
Satu dari empat orang di negara berpenghasilan tinggi, lanjut Thunberg, sekarang telah divaksinasi Covid-19.
Akan tetapi, hanya satu dari 500 orang di negara miskin yang telah menerima suntikan.
Menurut Thunberg, nasionalisme vaksin adalah cara untuk menjalankan distribusi vaksin.
"Nasionalisme vaksin itulah yang menjalankan distribusi vaksin," kata Thunberg.
Selain itu, dunia juga perlu memprioritaskan orang-orang di usia rentan untuk divaksinasi, baik yang hidup di negara berpenghasilan tinggi atau rendah.
"Satu-satunya hal yang benar secara moral untuk dilakukan adalah memprioritaskan orang-orang yang paling rentan, apakah mereka hidup di negara berpenghasilan tinggi atau rendah," papar Thurnberg.
Lebih lanjut, Thunberg bicara soal hubungan langsung antara pandemi dan kerusakan lingkungan.
Menurutnya, kerusakan lingkungan telah mempermudah virus berbahaya untuk melompat dari populasi hewan ke manusia.
"Ilmu pengetahuan menunjukkan kita akan mengalami lebih sering, pandemi yang menghancurkan kecuali kita secara drastis mengubah cara kita dan cara kita memperlakukan alam," ujar Thunberg.
"Kita sedang menciptakan kondisi ideal untuk penyakit menular dari satu hewan ke hewan lain dan ke kita," lanjutnya.
Baca juga: Pakar Epidemiolog Prediksi Pandemi Covid-19 Berakhir Tahun Depan, Asalkan . . .
Thunberg kemudian mengimbau, kaum muda di mana pun berada untuk menerima vaksinasi jika diberi kesempatan.
Meskipun mereka adalah kelompok usia yang paling tidak berisiko terhadap virus corona, lanjut Thunberg.
Pada kesempatan yang sama, seorang ahli epidemiologi WHO terkemuka, Maria van Kerkhove, mengatakan lonjakan terbaru infeksi Covid-19 di seluruh dunia termasuk peningkatan di antara kelompok usia yang sebelumnya kurang terpengaruh oleh pandemi.
Menurut Maria van Kerkhove, kini ada peningkatan penularan di semua kelompok umur.
Adapun hal tersebut berdasarkan laporan yang menunjukkan bahwa sekitar 5,2 juta kasus dilaporkan minggu lalu.
Di mana itu merupakan tambahan kasus mingguan tertinggi sejak terdeteksinya pandemi Covid-19.
"Kami melihat peningkatan tingkat penularan di semua kelompok umur. Kami melihat sedikit perubahan usia di beberapa negara, didorong oleh percampuran sosial," kata Maria van Kerkhove.
Berita lain terkait Virus Corona
Berita lain terkait Penanganan Covid-19
(Tribunnews.com/Rica Agustina)