Israel dikenal memiliki sistem pertahanan rudal Kubah Besi atau Iron Dome, yang ditempatkan di berbagai front guna melindungi Israel dari serangan udara.
Israel pertama kali menggunakan sistem baru yang dirancang untuk mencegat roket yang masuk dari arah Lebanoon maupun Jalur Gaza. Sistem, Iron Dome, berhasil menembak jatuh delapan proyektil yang ditujukan ke kota-kota Israel.
Terkait serangan rudal dari Suriah, IDF mengkonfirmasi lolosnya S-200 memicu alarm peringatan, dan getaran ledakan rudal itu dirasakan di Yerusalem, sekitar 80 kilometer jauhnya.
Potongan proyektil tersebut jatuh di komunitas Ashalim, 40 kilometer dari Dimona. The Jerusalem Post melaporkan rudal pencegat yang ditembakkan ke S-200 mungkin adalah Patriot, tetapi militer tetap bungkam tentang penggunaan pencegat.
Juru bicara IDF Hidai Zilberman mengindikasikan militer tidak percaya rudal tersebut dengan sengaja menargetkan fasilitas nuklir Israel di Dimona.
Kepala Komando Pusat AS Jenderal Kenneth McKenzie juga mengatakan Pentagon tidak percaya bahwa S-200 dengan sengaja menargetkan Dimona, tetapi secara keliru mengklaim serangan itu telah dicegat.
“Mereka menembakkan misil mereka, misil menjadi balistik, secara harfiah, dan mengikuti lintasan parabola ke Israel, di mana mereka dicegat,” kata McKenzie.
“Saya tidak percaya itu adalah serangan yang disengaja, tetapi hanya karena kurangnya kemampuan di pihak pertahanan udara Suriah," lanjut McKenzie di sidang Komite Angkatan Bersenjata Senat, Kamis waktu Washington.(Tribunnews.com/Sputniknews/xna)