TRIBUNNEWS.COM - Raja Abdullah II telah memerintahkan jaksa penuntut untuk membebaskan 16 orang yang ditahan karena diduga terlibat konflik hasutan.
Melansir Al Jazeera, 16 orang tersebut telah ditahan hampir tiga pekan karena dicurigai terlibat rencana mengguncang kerajaan, yang telah digagalkan.
Namun, pada Kamis (22/4/2021) jaksa penuntut umum (JPU) Hazem al-Majali menuturkan dua tersangka lainnya, Bassem Awadallah, mantan kepala pengadilan kerajaan, dan Sharif Hassan bin Zaid, mantan utusan khusus untuk Arab Saudi akan tetap ditahan.
"Mereka tidak dibebaskan karena peran yang berbeda, jenis surat dakwaan, dan tingkat penghasutan yang berbeda dari terdakwa lainnya yang dibebaskan," kata al-Majali, menurut kantor berita Petra.
Baca juga: Media Iran Sebut Putra Mahkota Saudi Terlibat Plot Kudeta di Yordania
Baca juga: Raja Yordania dan Saudara Tirinya Tampil di Publik Pertama Kalinya Sejak Isu Keretakan Hubungan
Raja Abdullah yang dikutip oleh pengadilan kerajaan mengatakan telah menyerukan pembebasan "saudara" yang disesatkan, dianiaya, dan diseret di balik hasutan ini.
Sehingga mereka bisa bersama keluarga secepat mungkin selama bulan puasa Ramadhan.
Media pemerintah mengatakan Raja Abdullah II mengambil langkah setelah lobi oleh sejumlah tokoh kunci dari seluruh Yordania yang memintanya untuk menunjukkan toleransi.
Ketika berita tentang dugaan persekongkolan itu pertama kali terungkap awal bulan ini, saudara tiri Abdullah, Pangeran Hamzah, dicurigai terlibat.
Pihak berwenang mengatakan tidak akan diadili karena kasusnya telah diselesaikan di dalam keluarga kerajaan.
Baca juga: Profil Raja Yordania Abdullah II, Naik Tahta Sejak 1999
Baca juga: Pangeran Hamzah Akhirnya Tulis Surat Ikrar Setia Pada Raja Yordania Abdullah II
Setelah mengklaim dirinya menjadi tahanan rumah pada 3 April, Hamzah menggunakan media tradisional dan sosial secara ekstensif untuk menyerang situasinya.
Dia menuduh penguasa Yordania melakukan korupsi dan ketidakmampuan dalam pesan video yang diterbitkan oleh BBC pada hari yang sama.
Namun kemudian, Abdullah mengatakan Hamzah telah menawarkan dukungan dan kesetiaannya kepada monarki dan sekarang berada di bawah "perlindungan" -nya.
Menyikapi keretakan publik yang jarang terjadi di dalam keluarga kerajaan untuk pertama kalinya, raja mengatakan pada 7 April "hasutan" yang menyebabkannya "rasa sakit dan amarah" telah berakhir.
Baca juga: Eks Putra Mahkota Yordania Disebut akan Kacaukan Kerajaan, Dulu Posisinya Dicopot Raja Abdullah II
Tampil di Publik Bersama
Raja Yordania, Abdullah II dan saudara tirinya, Pangeran Hamzah bin Al Hussein membuat penampilan publik bersama pertama kalinya, sejak isu perseteruan Istana pekan lalu.
Pada Minggu (11/4/2021), anggota keluarga kerajaan Yordania menandai ulang tahun ke-100 berdirinya Emirat Transyordania, protektorat Inggris yang mendahului kerajaan.
Istana merilis foto dengan Raja Abdullah II, Pangeran Hamzah, Putra Mahkota Al Hussein bin Abdullah II, dan pejabat lainnya di makam Raja Talal di Amman, Ibu Kota Yordania.
Melansir Al Jazeera, Pangeran Hamzah yang merupakan mantan putra mahkota, terlihat untuk pertama kalinya sejak ditempatkan di bawah tahanan rumah.
Ia dituduh terlibat dalam kegiatan untuk mengacaukan kerajaan.
Baca juga: Profil Raja Yordania Abdullah II, Naik Tahta Sejak 1999
Baca juga: Perselisihan Raja Yordania dengan Adik Tirinya, Raja Abdullah II: Hasutan Itu Dihentikan Sejak Awal
Raja Abdullah II dan Pangeran Hamzah dikabarkan memiliki keretakan publik yang jarang terjadi minggu lalu.
Hal ini digambarkan Raja Abdullah II sebagai tindakan penghasutan yang melibatkan saudara tiri dan dua pejabat senior lainnya.
Sementara itu, mengenai isu ini, Pangeran Hamzah membantah tuduhan tersebut.
Sedikitnya 18 orang lainnya ditahan sehubungan dengan plot tersebut.
Dalam pidatonya yang dibacakan atas namanya di televisi pemerintah, Raja menambahkan, "hasutan telah dihentikan sejak awal".
Baca juga: Pangeran Hamzah Akhirnya Tulis Surat Ikrar Setia Pada Raja Yordania Abdullah II
Gelar Putra Mahkota
Raja Abdullah II dan Pangeran Hamzah adalah putra mendiang Raja Al Hussein bin Talal, yang memerintah selama hampir setengah abad hingga kematiannya pada tahun 1999.
Hamzah telah diangkat sebagai putra mahkota dan pewaris takhta pada 1999 sejalan dengan keinginan ayahnya.
Tetapi Raja Abdullah II mencabut gelar itu pada 2004 dan meminta putra tertuanya, Hussein menggantikan Hamzah.
Dalam pesan video yang diterbitkan oleh BBC pada 3 April 2021, Pangeran Hamzah mengklaim telah ditempatkan di bawah tahanan rumah dan menuduh penguasa Yordania melakukan korupsi dan ketidakmampuan.
Menteri Luar Negeri Ayman Safadi kemudian menuduh bahwa sekelompok komplotan telah terhubung dengan pihak asing untuk membuat Yordania tidak stabil, tetapi menolak untuk mengidentifikasi mereka.
Namun, setelah pembicaraan mediasi, Pangeran Hamzah menyuarakan kesetiaannya kepada Raja .
"Pangeran Hamzah berjanji di depan keluarga untuk mengikuti jejak leluhur, tetap setia pada misi mereka, dan menempatkan kepentingan, konstitusi dan hukum Yordania di atas semua pertimbangan," kata raja pada hari Rabu.
"Penyelidikan atas peristiwa itu berlanjut," Raja menambahkan.
Baca juga: Eks Putra Mahkota Yordania Disebut akan Kacaukan Kerajaan, Dulu Posisinya Dicopot Raja Abdullah II
Krisis telah membuat perpecahan di negara pro-Barat yang biasanya dilihat sebagai benteng stabilitas di Timur Tengah.
Yordania berbatasan dengan Israel dan Tepi Barat yang diduduki, Suriah, Irak, dan Arab Saudi.
Negara ini menampung pasukan AS sekaligus rumah bagi jutaan orang Palestina yang diasingkan dan banyak pengungsi Suriah.
Berita lain terkait Raja Abdullah II
Berita lain terkait Yordania
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)