Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Vaksinasi paramedis yang berisiko terinfeksi virus corona seperti mengangkut pasien demam dengan ambulans, telah dimulai sejak dimulainya masa liburan Golden Week di Jepang, Kamis (29/4/2021) di tengah "gelombang keempat" pandemi corona di Jepang.
Minggu (2/5/2021) sebanyak 36 paramedis yang tidak bertugas berbaris di ruang bawah tanah Stasiun Pemadam Kebakaran Kanda di Chiyoda-ku, Tokyo.
Di gimnasium, ada wawancara dengan dokter yang dikirim dari asosiasi medis setempat, dan mereka mulai divaksinasi oleh perawat.
"Saya selalu mengingat infeksi corona saat membawa mereka demam. Deg-degan juga. Tapi dnegan vaksinasi ini meningkatkan rasa percaya saya kembali untuk bekerja lebih baik lagi. Memberikan rasa aman yang lebih tinggi," kata seorang paeserta vaksinasi berusia 37 tahun.
Saat diberangkatkan, dia selalu memakai masker dan mengenakan di bagian atas dan bawah pakaian pelindung.
Baca juga: Stok Vaksin Menipis, Hanya 6 Negara Bagian di India yang Mulai Vaksinasi Covid-19 Hari Ini
"Saya sebenarnya tidak bisa menghapus kecemasan saya sebelum divaksinasi," ujarnya.
Targetnya adalah 153.000 orang yang bertanggung jawab atas Badan Penanggulangan Kebakaran dan Bencana termasuk paramedis Jepang.
Akhir-akhir ini, beberapa orang membawa pasien demam setiap hari, tetapi mereka juga memiliki pengalaman menggendong pasien tanpa masker dan keluarganya.
"Bagian dalam mobil itu kecil dan terus terang kami masih ada rasa takut," kata dia.
Departemen Pemadam Kebakaran Kanda berencana melakukan vaksinasi kepada kru ambulans yang sedang tidak bertugas setiap hari Minggu dan menyelesaikannya pada awal Juni.
Semua personel gawat darurat dan beberapa petugas pemadam kebakaran yang melakukan kegiatan darurat di lokasi, bersama dengan dokter, perawat, apoteker, personel SDF (badan beladiri Jepang), staf stasiun karantina, dan berbagai paramedis.
Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang telah memerintahkan kepada semua "pekerja medis" maupun yang terkait dengan medis.
Menurut Badan Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi, targetnya sekitar 153.000 orang secara nasional.