News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Olimpiade 2021

Survei Menunjukkan Lebih dari 70% Warga Jepang Berharap Olimpiade Tokyo Ditunda atau Dibatalkan

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Orang-orang mengambil bagian dalam protes terhadap penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 di luar museum Olimpiade di Tokyo pada 9 Mei 2021. Sebagian besar warga Jepang rupanya menginginkan Olimpade Tokyo ditunda lagi atau bahkan dibatalkan sepenuhnya akibat pandemi yang masih berlangsung

TRIBUNNEWS.COM - Jepang belum selesai mengatasi pandemi Covid-19 sama seperti kebanyakan negara-negara lainnya.

Baru kurang dari 1% persen warga yang divaksinasi, menurut Bloomberg.

Bahkan varian virus yang lebih menular juga memasuki negara tersebut.

Situasi yang mengkhawatirkan membuat status darurat nasional di Tokyo diperpanjang hingga akhir Maret 2021.

Namun, pemerintah Jepang tetap melanjutkan permainan.

"Kami mengerahkan semua upaya kami untuk membendung penyebaran infeksi Covid-19," kata Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga pekan lalu dilansir Reuters.

Baca juga: PM Yoshihide Suga Tak Segan Mendiskualifikasi Atlet Olimpiade yang Melanggar Hukum di Jepang

Baca juga: Malaysia Open 2021 Ditunda, PBSI Gelar Simulasi Pertandingan untuk Olimpiade Tokyo

Suga juga menegaskan, meskipun ada kekhawatiran, Tokyo masih dapat menjadi tuan rumah Olimpiade yang aman dan terjamin pada Juli dan Agustus nanti.

Rupanya, banyak warga Jepang tidak setuju dengan sentimen itu.

Kebanyakan orang Jepang ingin Olimpiade dibatalkan, atau setidaknya ditunda lagi

Orang-orang mengambil bagian dalam protes terhadap penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 di luar museum Olimpiade di Tokyo pada 9 Mei 2021. (Philip FONG / AFP)

Lebih dari 70% warga Jepang berpendapat bahwa Olimpiade Musim Panas 2020, yang semula dijadwalkan digelar tahun 2020, harus ditunda lagi karena pandemi, atau dibatalkan seluruhnya, menurut jajak pendapat Kyodo News baru-baru ini.

Selain itu, sebuah petisi di change.org untuk membatalkan Olimpiade, sejauh ini telah mengumpulkan lebih dari 310.000 tanda tangan.

"Dengan meningkatnya COVID-19, kami mendesak IOC [Komite Olimpiade Internasional], Pemerintah Jepang, Pemerintah Metropolitan Tokyo, dan Komite Penyelenggara untuk mengambil keputusan yang tepat dan membatalkan acara tersebut secepatnya," tulis Utsunomiya Kenji, pengacara Jepang yang menulis petisi, dalam rilis berita.

"Saya tidak mengerti alasan diadakannya Olimpiade ketika sistem perawatan medis kita sudah dalam keadaan runtuh," kata seorang perawat Jepang yang menandatangani petisi itu.

"IOC sangat tidak bertanggung jawab," tulis pemohon lainnya.

"Meskipun saya merasa kasihan pada para atlet, ada orang lain yang lebih saya kasihi."

Presiden IOC Thomas Bach berencana mengunjungi Jepang pada pertengahan Mei dan bertemu dengan Perdana Menteri Suga.

Akan tetapi ada spekulasi bahwa kunjungannya akan dibatalkan, mengingat laju infeksi COVID-19 saat ini di Jepang.

Menurut Kyodo News, status darurat yang telah diberlakukan di Tokyo, Osaka, Kyoto, dan Hyogo sejak 25 April diperpanjang hingga akhir Mei, dan diperluas hingga mencakup lebih banyak prefektur, seiring penyebaran penyakit.

Banyak orang Jepang kehilangan kesabaran dengan pandemi, dan tidak berharap lockdown yang sedang berlangsung akan banyak membantu mengendalikan penyebaran virus.

Bar tidak dapat menyajikan alkohol dalam keadaan darurat, dan tempat karaoke juga ditutup.

Beberapa warga Jepang yang frustrasi telah minum di jalan-jalan, Associated Press melaporkan.

"Medali emas menjadi prioritas di atas nyawa banyak orang," kata aktivis Misako Ichimura pada protes Olimpiade baru-baru ini, menurut The Wall Street Journal.

Ichimura telah menjadi pengunjuk rasa anti-Olimpiade yang gigih sejak Jepang dianugerahi pertandingan ini pada tahun 2013, ketika sebagian besar orang Jepang mendukung penyelenggaraannya.

Jepang kini mencatat lebih banyak kematian akibat virus corona dalam empat bulan pertama 2021 daripada yang terjadi pada tahun 2020.

Program vaksinasi yang berjalan lambat juga memperburuk sentimen publik.

Korea Utara Umumkan Tidak Berpartisipasi dalam Olimpiade Tokyo

Awal April lalu, Korea Utara mengumumkan tidak akan berpartisipasi dalam Olimpiade Tokyo tahun ini, dengan mengatakan keputusannya adalah untuk melindungi atletnya dari Covid-19.

Dilansir BBC.com, keputusan tersebut mengakhiri harapan Korea Selatan untuk menggunakan Olimpiade sebagai "jembatan" untuk terhubung dengan Korea Utara.

Pada 2018, kedua belah pihak memasuki tim gabungan di Olimpiade Musim Dingin.

Pengumuman tersebut menjadikan Korea Utara sebagai negara besar pertama yang melewatkan Olimpiade 2020 yang tertunda karena pandemi.

Acara ini akan dimulai pada 23 Juli mendatang.

Baca juga: Penyulut Obor Estafet Olimpiade Jepang Berharap Masyarakat Semakin Cerah di Tengah Pandemi Covid-19

Orang-orang menonton layar televisi yang menampilkan laporan berita tentang keputusan Korea Utara untuk tidak berpartisipasi dalam Olimpiade Tokyo karena pandemi Covid-19, di sebuah stasiun kereta api di Seoul pada 6 April 2021. (Jung Yeon-je / AFP)

Harapan Korea Selatan Runtuh

Keputusan mundurnya Korea Utara dari Olimpiade dibuat pada pertemuan komite Olimpiade pada 25 Maret 2021, menurut laporan oleh situs Olahraga milik negara di DPRK yang dirilis pada 5 April 2021.

Dilansir Sky News, Kementerian Unifikasi Korea Selatan menyatakan kekecawaannya atas keputusan Korea Utara itu.

Mereka mengatakan pihaknya berharap Olimpiade Tokyo akan memberikan kesempatan untuk meningkatkan hubungan antar-Korea, yang telah menurun di tengah kebuntuan dalam negosiasi nuklir yang lebih besar antara AS dan Korea Utara.

Korea Utara telah mengambil tindakan tegas terhadap virus tersebut sejak virus itu merebak tahun lalu.

Korea Utara menutup perbatasannya pada akhir Januari dan kemudian mengkarantina ratusan orang asing di ibukotanya.

Sejak awal tahun lalu, kereta api dan gerbong dilarang masuk atau meninggalkan Korea Utara.

Sebagian besar penerbangan penumpang internasional juga dihentikan.

Olimpiade Musim Dingin 2018 Menjadi Momen Persahabatan bagi Korea Utara dan Korea Selatan

Ada harapan dari Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bahwa Olimpiade Jepang tahun ini dapat menjadi katalisator kemajuan antara kedua Korea.

Hubungan baik antar Korea terlihat pada 2018, ketika Korea Utara mengirim 22 atlet ke Olimpiade Musim Dingin 2018 di Korea Selatan, bersama dengan pejabat pemerintah, jurnalis, dan kelompok pendukung 230 anggota.

Di antara kontingen yang datang adalah saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Kim Yo-jong.

Adik perempuan Kim Jong Un Korea Utara, Kim Yo Jong (tengah) berjabat tangan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in selama upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang 2018 di Stadion Pyeongchang pada 9 Februari 2018. (Martin BUREAU / AFP)

Momen pertemuan itu juga menjadi sebuah langkah yang membantunya memulai diplomasi dengan Korea Selatan dan AS.

Pembicaraan berikutnya menghasilkan serangkaian pertemuan bersejarah dan penting antara pemimpin Korea Utara dan mantan Presiden AS Donald Trump.

Ada harapan untuk hubungan yang lebih baik setelah pertemuan, tetapi tidak ada yang terwujud dan suasana sejak itu memburuk.

Korea Utara dan Selatan secara teknis masih berperang karena tidak tercapai kesepakatan damai ketika Perang Korea berakhir pada 1953.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Berita lainnya seputar Olimpiade Tokyo 2020

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini