TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON — Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) menarik 120 warga sipil dan personel militernya dari Israel, pada Kamis (13/5/2021) waktu setempat.
Penarikan dilakukan di tengah memanas dan meningkatnya eskalasi antara Israel dan Palestina.
Juru bicara Petagon John Kirby mengatakan personel Departemen Luar Negeri dan militer akan terbang dengan pesawat militer C-17 dan tiba di Ramstein, Jerman.
Pada Kamis pagi, Pesawat C-17 mendarat di Tel Aviv dari Pangkalan Angkatan Udara AS Ramstein di Jerman barat daya.
Dijelaskan penarikan pasukan dan warga sipil AS setelah mempertimbangkan kondisi keamanan dan meningkatnya eskalasi konflik antara Israel dan Palestina, dan banyak penerbangan telah dialihkan dari Bandara Ben Gurion di Tel Aviv ke Bandara Ramon, yang berada di dekat resor Laut Merah Eilat.
Bandara telah beroperasi setelah berhenti sejenak ketika Hamas menembakkan roket yang mendarat di lapangan terbang di daerah itu.
United Airlines, Delta Air Lines, dan American Airlines telah membatalkan penerbangan antara Amerika Serikat dan Tel Aviv, menurut data oleh pelacak penerbangan FlightAware.
Ketika serangan udara berlanjut di Gaza, dan puluhan roket ditembakkan oleh militan Hamas kembali ke Israel, korban tewas meningkat, dengan tujuh tewas di Israel dan 87 tewas di Gaza, termasuk 18 anak-anak.
Serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza telah menyebabkan 103 orang tewas, termasuk 27 anak-anak dan 11 wanita, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Baca juga: Konflik Israel-Palestina: Mengapa Terjadi Kekerasan di Jalur Gaza dan Yerusalem?
Sementara sebanyak 580 orang lainnya terluka.
Tujuh warga Israel tewas dalam kekerasan baru-baru ini -- enam dalam serangan roket, selain seorang tentara yang tewas ketika rudal berpemandu anti-tank menghantam jipnya.
Ketegangan telah berjalan tinggi di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur yang diduduki selama sebulan terakhir karena pemukim Israel telah berulang kali bentrok dengan penduduk menyusul perintah pengadilan untuk penggusuran keluarga Palestina di daerah itu.
Mahkamah Agung Israel kemudian menunda sidang tentang masalah ini.
Warga Palestina yang berunjuk rasa dalam solidaritas dengan penduduk Syekh Jarrah juga telah menjadi sasaran pasukan Israel dan kelompok pemukim.
Israel menduduki Yerusalem Timur selama perang Arab-Israel 1967 dan mencaplok seluruh kota pada tahun 1980 dalam langkah yang belum pernah diakui oleh komunitas internasional.(Independent/Anadolu)