News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Krisis Myanmar

Mantan Ratu Kecantikan Myanmar Ikut Angkat Senjata Lawan Junta Militer, Ungkap Siap Berkorban Nyawa

Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan Ratu Kecantikan Myanmar, Htar Htet Htet mengangkat senjata untuk menghadapi junta militer Myanmar. (Sumber: Twitter/ kompa.tv)

TRIBUNNEWS.COM, NAYPYIDAW - Htar Htet Htet, mantan Ratu Kecantikan Myanmar dikabarkan ikut angkat senjata melawan junta militer yang melakukan kudeta sejak 1 Februari 2021 lalu.

Ia pun memposting dirinya sedang memegang senapan serbu rifle di akun Facebook miliknya.

“Waktunya telah tiba untuk berjuang kembali. Apakah Anda memegang senjata, pulpen, keyboard atau mendonasikan uang untuk gerakan pro-demokrasi, semua orang harus melakukan bagian mereka di revolusi ini utuk sukses,” tulisnya di media sosial tersebut dikutip dari Independent.

“Saya akan berjuang sebanyak yang saya bisa. Saya siap dan akan memberikan segalanya. Bahkan saya siap memberikan nyawa saya,” tambah perempuan berusia 32 tahun tersebut.

Htar Htet Htet merupakan Ratu Kecantikan Myanmar yang bersaing di Miss Grand Internasional 2013 di Thailand.

Baca juga: Sempat Ditahan Otoritas Myanmar, Wartawan Yuki Kitazumi Dijadwalkan Tiba di Jepang Malam Ini

Namun, ia bukan Ratu Kecantikan Myanmar satu-satunya yang menentang kudeta yang dilakukan junta militer Myanmar.

Ada juga Han Lay yang vokal dalam mengkritisi sikap junta militer Myanmar.

“Banyak yang mati di Myanmar karena senjata dari militer. Tolong selamatkan kami,” tulis Han Lay di laman Facebook miliknya.

Baca juga: Thailand Tangkap Wartawan dan Aktivis Myanmar, Terancam Dideportasi

“Rakyat Myanmar berjalan di jalanan dan berjuang untuk demokrasi, Perwakilan dari Myanmar. Saya akan berjalan di Miss Grand International dengan pesan untuk menghentikan perang dan kekerasan,” lanjutnya.

Baca juga: Junta Militer Myanmar Labeli Pemerintah Bayangan NUG Sebagai Kelompok Teroris

PBB melaporkan pada 10 Mei, setidaknya sudah 782 orang terbunuh, setelah pasukan keamanan menggunakan kekuatan yang tak perlu, tidak propsosional dan mematikan untuk menekan demonstrasi dan bentuk partisipasi publik lainnya sejak kudeta 1 Februari. (Kompas.tv/ Haryo Jati)

>
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini