Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Seorang Guru Palestina, Samira Dejani, menahan air mata saat dirinya berdiri di halaman rumahnya yang berada di lingkungan Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur.
Ia pun mengingat tahun-tahun yang dihabiskannya selama tinggal di kawasan tersebut bersama orang tua, anak-anak, dan cucu-cucunya.
Keluarganya menjadi satu dari beberapa keluarga Palestina yang sedang menghadapi peristiwa penggusuran di lingkungan itu, setelah melewati sengketa hukum selama puluhan tahun dengan organisasi pemukim Yahudi.
Perlu diketahui, organisasi pemukim Yahudi mengklaim memiliki hak yang sah atas tanah itu sebelum Israel berubah menjadi negara.
Konflik tersebut akhirnya memicu salah satu eskalasi paling penting dalam pertempuran antara Israel dan Palestina sejak 2014 lalu.
Karena tidak punya tempat lain untuk bernaung, Dejani yang berusia 60 tahun itu pun kemudian meminta bantuan secara langsung kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Baca juga: DPP KNPI Kutuk Aksi Biadab Zionis Israel Terhadap Bangsa Palestina
"Oh, Joe Biden, tolong pikirkan, pikirkan, pikirkan tentang kemanusiaan. Tolong tempatkan diri anda pada posisi kami, jika anda manusia, pikirkan bahwa kami juga manusia," kata Dejani.
Permohonan perempuan tua itu lalu disampaikan komunitas internasional bahkan anggota sayap kiri partai Biden, yang menuntut agar Presiden dari Partai Demokrat yang mengaku menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) itu berbicara atas nama Palestina.
Namun, kekerasan yang meningkat di wilayah konflik itu pun akhirnya menantang Biden, kini ia berada posisi yang dilematis.
Seperti pendahulunya, Biden tentunya harus menyesuaikan kebijakannya secara real time.
Baca juga: Presiden Turki dan Iran Bahas Serangan Israel terhadap Palestina
Dikutip dari laman NBC News, Senin (17/5/2021), massa dari komunitas Arab dan Yahudi memukuli orang dan membakar mobil dalam gelombang kerusuhan komunal pada Rabu malam.
Saat konflik meningkat dan jumlah korban tewas kian bertambah menjadi setidaknya 90 orang, para pemimpin politik di Israel mendesak diakhirinya aksi 'anarkis' di jalan-jalan kota yang melibatkan etnis campuran di seluruh negeri.
Para pejabat Israel dan Palestina menyampaikan bahwa setidaknya 115 warga Palestina, termasuk 27 anak-anak dan 8 warga Israel tewas setelah militer Israel membombardir Jalur Gaza dan kelompok militan Hamas melanjutkan serangan roketnya ke Israel.