Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Hingga saat ini tercatat Lebih dari 800 orang terbunuh di Myanmar oleh rezim kudeta militer dan lebih dari 4.000 orang masuk tahanan militer.
"Saat ini saya perkirakan lebih dari 800 orang telah terbunuh di Myanmar oleh rezim kudeta militer yang ada sekarang dan lebih dari 4.000 orang telah masuk penjara di sana," papar Yuki Kitazumi (45) dalam wawancara khusus dengan klub wartawan asing Jepang (FCCJ), Jumat (21/5/2021).
Para tahanan saat diinterogasi sekitar 3 hari dipukuli dengan stik, bahkan tak boleh ke kamar mandi sekali pun.
Kitazumi sendiri dibentak keras dan stik dipukuli ke meja interogasi, namun tak ada luka atau cacat apa pun yang dialami Kitazumi.
"Saya diminta tanda tangan berita acara pemeriksaan, tetapi tidak mau saya lakukan karena tidak benar. Saya minta didampingi pengacara saya dan minta ketemu orang kedutaan Jepang," ungkapnya.
Saat di tahanan bajunya hanya kaos abu-abu yang diperolehnya dari temannya sesama tahanan di Myanmar.
Baca juga: Jepang Minta Junta Militer Myanmar Bebaskan Jurnalis Yuki Kitazumi yang Ditahan
"Bersama petugas militer, polisi, imigrasi juga intelijen Myanmar saya diinterogasi tiga hari dengan tangan diikat ke belakang juga diperlakukan kasar namun syukurlah tidak ada cacat pada tibuh saya," ujarnya.
Duta besar Jepang Maruyama juga datang langsung ke tahanan menjenguknya dan memberikan bahan-bahan kebutuhan sehari-hari sebanyak dua kali.
"Dubes Maruyama menelepon dan mengunjungi saya dua kali mengecek kesehatan saya dan memberikan beberapa barang kebutuhan hidup untuk saya. Terima kasih sekali banyak terbantu," kata Kitazumi.
Kitazumi khusus kepada Tribunnews.com menyatakan masih memagang paspornya dan kalau bisa segera kembali ke Myanmar membantu rakyat Myanmar dan menyuarakan mereka lewat medianya.
"Saya ingin cepat kembali. Resminya bisa kembali, tapi kenyataan mungkin susah masuk Myanmar karena kejadian penangkapan saya tersebut dan orang asing tampaknya tidak bisa atau sangat sulit sekali masuk Myanmar," papar Kitazumi kepada Tribunnews.com.
Bagi orang Jepang yang ada di Jepang, Kitazumi juga berharap agar mendukung perjuangan rakyat Myanmar.
"Kalau mereka membagikan pamflet ya silakan terima dan sebutkan Gambare bagi mereka, saya rasa cukup bagus dukungan demikian," katanya.
Kitazumi merasa bersyukur karena peralatannya dikembalikan oleh pihak kepolisian Myanmar.
"Sekitar 30 menit sebelum saya berangkat di bandara Myanmar ternyata hampir semua peralatan dan data milik saya kembali utuh dan cukup mengagetkan, karena saya pikir pasti mereka sita semua, walaupun kembali dalam bentuk acak-acakan, tapi data tampaknya utuh setelah saya cek," lanjutnya.
Menurutnya, warga Myanmar di jalanan bebas jika diwawancara wartawan asing dan dikawal serta didampingi pihak militer.
"Mereka semua ketakutan sungkan bicara sebenarnya, takut kalau nanti terjadi apa-apa dari pihak militernya."
Baca juga: Dibebaskan Otoritas Myanmar, Wartawan Jepang Yuki Kitazumi Akhirnya Mendarat di Bandara Narita
Di Myanmar saat ini ada 4 wartawan Jepang, dan jumlah wartawan asing hanya maksimum 10 orang.
Saat di tahanan Kitazumi berada di dalam ruangan VIP bersama para artis terkenal, pejabat senior Myanmar serta pimpinan media asing.
Makan juga tiga kali sehari antara lain kopi, labu (kabocha kare) sup nasi dan buah-buahan dan sebagainya.
"Saat ditahan sangat panas sekali karena ruangan saya pakai batu bara, panasnya mungkin bisa 40 derajat Celcius," kata dia.
Lalu Kitazumi juga beruaha membuat catatan selama di penjara. Kertas dan pulpen tak boleh diberikan.
Akhirnya Kitazumi mencoba menggunakan kertas apa adanya dan menulis pakai kopi hitam yang ada supaya jadi catatan selama ditahan.
Ada pula tahanan menurutnya yang dipukuli sangat keras oleh penyidik dan bahkan penyidik sambil mabuk menyerahkan pisau dan pistol kepada tahanan yang dipilih sehingga membuat seperti game Russian Roullete.
"Interogator tampaknya tidak peduli kalau tahanan meninggal atau apa pun yang terjadi di dalam sana, jadi seenaknya saja melakukan hal-hal yang semau mereka."
Kitazumi dituduh membeli video dari temannya orang Myanmar tetapi dia sama sekali tak pernah melakukan hal itu.
"Saya tak pernah melakukan jual beli video, jadi yang ditulis di berita acara pemeriksaan bohong, saya tak mau tanda tangan," katanya.
Baca juga: Anggota DPR: Hentikan Kejahatan Kemanusiaan di Palestina, Yaman, Afganistan, Myanmar dan Poso
Pemberitaan luas mengenai Kitazumi dan juga di media sosial tampaknya sampai ke pimpinan polisi pejabat tinggi di Myanmar.
Akibatnya dia jadi semacam selebriti dan saat ketemu orang Myanmar selalu ditegur dan ada yang menyatakan minta maaf karena menyuarakan suara rakyat membuat dia ditahan.
Keprihatinan juga disampaikan tetangga rumahnya sehingga dia sering diberitahu tetangganya bahwa ada orang mencurigakan selalu menguntit dan memperhatikan rumahnya berkali-kali.
Sementara itu upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.