TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Anjing dapat dilatih untuk mendeteksi lebih dari 90 persen infeksi Covid-19 bahkan ketika pasien tidak menunjukkan gejala.
Hal ini dapat membantu mengurangi atau menggantikan perlunya karantina bagi pendatang baru, ungkap sebuah hasil penelitian yang diterbitkan pada Senin (23/5).
Disebutkan, anjing menunjukkan bahwa mereka dapat mengendus penyakit seperti kanker, malaria, dan epilepsy.
Ini dilakukan dengan menggunakan indra penciuman mereka yang luar biasa, misalnya anjing bisa membau setengah sendok teh gula di dalam kolam renang ukuran olimpiade.
Sebelumnya, beberapa penelitian menunjukkan bukti konsep bahwa anjing dapat mendeteksi SARS-CoV-2.
Baca juga: Staf Laboratorium Wuhan Berobat ke Rumah Sakit Sebelum Wabah Covid-19 Diungkapkan
Para peneliti dari London School of Tropical Medicine (STM)ingin melihat apakah anjing dapat mendeteksi bau khas yang dikeluarkan dari senyawa kimia yang terkait dengan seseorang yang positif Covid-19 tetapi tidak menunjukkan gejala.
Mereka mengumpulkan sampel pakaian dan masker wajah dari orang yang dinyatakan positif SARS-CoV-2 ringan atau bergejala.
Sampel dari 200 kasus COVID-19 dikumpulkan dan diatur dalam tes laboratorium untuk enam anjing
Anjing-anjing itu dilatih untuk tidak mengidentifikasi kasus "positif palsu" dalam sejumlah tes.
"Ini berarti bahwa anjing sepenuhnya memahami dan mereka akan diberi hadiah bila bisa menentukan mana yang positif dan mana yang negative (Covid-19),” ujar Claire Guest, dari Fakultas Penyakit Menular dan Tropis di STM tersebut.
Baca juga: 6 Ekor Anjing Pelacak Dikerahkan Cari Jasad Korban Banjir di Ile Ape Kabupaten Lembata
Secara keseluruhan, anjing berhasil mengidentifikasi antara 94 dan 82 persen sampel SARS-CoV-2.
Para peneliti kemudian memodelkan seberapa efektif tingkat keberhasilan ini, dikombinasikan dengan tes PCR tradisional, dapat membantu mendeteksi kasus COVID-19 ringan atau tanpa gejala.
Mereka menemukan bahwa menggunakan anjing untuk menyeleksi kedatangan penumpang di terminal seperti bandara dapat mendeteksi 91 persen kasus, menghasilkan tingkat penularan 2,24 kali lebih rendah dibandingkan dengan tes PCR saja.
'MULAI PENTING'