Ia mengatakan kepada penumpang di pesawat bahwa ia akan mati di sana.
"Dia tidak berteriak, tapi yang jelas dia sangat ketakutan. Sepertinya jika jendela dibuka, dia akan melompat keluar," kata penumpang Edvinas Dimsa kepada AFP.
Reuters berbicara dengan seorang penumpang Lithuania bernama Mantas, yang mengatakan dia melihat Protasevich membuka loker di atas kepala.
Baca juga: Militer Belarusia Gelar Latihan Perang Besar Dekat Perbatasan Polandia
Baca juga: Oposisi Tuduh Otoritas Keamanan Belarusia Paksa Svetlana Tikhanovskaya Pergi ke Lithuania
Mantas menambahkan bahwa Protasevich kemudian memberikan laptop dan telepon kepada seorang penumpang wanita yang terbang bersamanya.
Tetapi Presiden Lithuania, Gitanas Nauseda mengatakan pada hari Minggu dalam konferensi pers yang dihadiri oleh Reuters bahwa wanita yang bepergian dengan Protasevich tidak kembali ke pesawat ketika berangkat dari Minsk.
Roman Protasevich adalah salah satu pendiri dan pemimpin redaksi NEXTA.
NEXTA merupakan saluran berita yang berbasis di Polandia yang menyebarkan klip protes massal terhadap Presiden Lukashenko melalui aplikasi pesan Telegram.
Menyebaran berita melalui Telegram yang terenkripsi adalah satu-satunya cara agar informasi semacam itu dapat disebarkan setelah tindakan keras pemerintah terhadap media massa.
Minta penjelasan
Jerman dan anggota Uni Eropa lainnya pada Minggu (23/05) menuntut penjelasan pemerintah Belarus setelah pesawat penumpang sipil dari maskapai Ryanair dipaksa mendarat di bandara Minsk.
Kementerian Luar Negeri Jerman mendesak alasan tentang dugaan penangkapan jurnalis oposisi Belarus, Roman Protasevich, yang merupakan mantan editor dari outlet berita penting di Minsk, Nexta.
Protasevich sedang dalam penerbangan dari Athena ke Vilnius, Lithuania, bersama 169 penumpang lainnya ketika sebuah jet tempur yang dikerahkan Presiden Belarus menghadang jalur pesawat Ryanair.