TRIBUNNEWS.COM – Satu keluarga ditabrak dengan sengaja di kawasan Provinsi Ontario, Kanada, Minggu (6/6) waktu setempat. Pihak kepolisian Ontaria mengatakan, keluarga itu ditabrak dengan sengaja lantaran mereka Muslim.
Peristiwa itu menewaskan empat orang dan seorang bocah berusia sembilan tahun mengalami luka-luka.
Kantor berita Kanada melaporkan Senin (7/6), semua anggota keluarga yang sama ini ditabrak saat mereka menunggu untuk menyeberang jalan di Kota London, sekitar 200 km barat daya Toronto, Kanada.
Peristiwa itu langsung mendapat kecaman dari berbagai pihak dan menyebut tindakan pengemudi itu bentuk kebencian yang sulit digambarkan dengan kata-kata.
Polisi mengatakan para korban adalah dua wanita berusia 77 dan 44 tahun, seorang pria berusia 46 tahun dan seorang gadis berusia 15 tahun.
Baca juga: Kanada Selidiki Klaim Kerja Paksa di Industri Kelapa Sawit Malaysia
Seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun juga terluka parah dan sedang dalam pemulihan di rumah sakit. Otoritas setempat tidak merilis nama-nama korban.
“Ada bukti bahwa ini adalah tindakan terencana dan terencana yang dimotivasi oleh kebencian. Diyakini para korban ini menjadi sasaran karena mereka Muslim,” kata Inspektur Layanan Polisi London Paul Waight dalam konferensi pers, seperti dilansir CityNews.
Serangan itu terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang serangan berbasis kebencian di provinsi-provinsi di seluruh Kanada.
Pihak berwenang pun semakin didesak secara luas untuk mengatasi rasisme, kekerasan yang dimotivasi oleh kebencian, dan prevalensi kelompok sayap kanan.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan dia ngeri dengan apa yang dia gambarkan sebagai tindakan kebencian. Ia mengatakan pikirannya tertuju pada orang yang dicintai para korban, termasuk anak laki-laki yang selamat.
Baca juga: KBRI Vatikan Gelar Webinar Internasional, Kaum Muda Aktor Penting Dalam Toleransi Beragama
“Kepada komunitas Muslim di London dan Muslim di seluruh negeri, ketahuilah bahwa kami mendukung Anda. Kebencian berbasis keagamaan tidak memiliki tempat di komunitas kami. Kebencian ini berbahaya dan tercela, dan itu harus dihentikan,” cuit Trudeau.
Pihak kepolisian setempat mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya telah menangkap seorang tersangka berusia 20 tahun yang diidentifikasi sebagai Nathaniel Veltman.
Dia telah didakwa dengan empat tuduhan pembunuhan tingkat pertama dan satu tuduhan percobaan pembunuhan, Global News melaporkan.
"Tidak ada hubungan sebelumnya yang diketahui antara tersangka dan para korban," kata Waight, seperti dlansir dari Al Jazeera.
Qazi Khalil, seorang teman keluarga, mengatakan kepada kantor berita The Canadian Press bahwa dia terakhir melihat mereka pada hari Kamis.
Baca juga: Makmun Rasyid: Guru Harus Ajarkan Nilai-nilai Toleransi kepada Murid di Sekolah
“Ini benar-benar menghancurkan saya dari dalam,” kata Khalil. "Saya benar-benar tidak bisa menerima bahwa mereka tidak lagi di sini,” kataya.
Dewan Nasional Muslim Kanada, sebuah kelompok advokasi nasional, mengatakan sangat ngeri dengan serangan mematikan itu.
“Ini adalah serangan teroris di tanah Kanada, dan harus diperlakukan seperti itu. Kami menyerukan kepada pemerintah untuk mengadili penyerang sepenuhnya sesuai hukum, termasuk mempertimbangkan tuduhan teroris," kata CEO kelompok itu, Mustafa Farooq, dalam sebuah pernyataan, Senin.
“Kehilangan keluarga ini, kehilangan seorang anak di komunitas kami karena ini adalah kesedihan yang akan mendalam untuk waktu yang lama. Tapi biarkan kesedihan itu menjadi dasar di mana kita berdiri untuk keadilan, dan berdiri untuk perubahan,” ujarnya.
Data di Kanada menunjukkan adanya kenaikan atas kejahatan rasial pada Maret lalu. Laporan yang masuk ke kepolisian menyebutkan adanya kenaikan serangan terhadap Muslim pada 2019, yaitu dari 166 insiden pada 2018 menjadi 181 insiden pada 2019.
Baca juga: Info Beasiswa S2 dan S3 Ontario Graduate Scholarship Kanada, Simak Cara Daftar dan Syaratnya
Dalam beberapa bulan terakhir, wanita Muslim di Provinsi Alberta telah menjadi sasaran dalam beberapa insiden kekerasan verbal dan fisik.
Pada bulan September, Mohamed-Aslim Zafis yang berusia 58 tahun ditikam secara fatal di luar sebuah masjid di ujung barat Toronto, tempat dia bekerja sebagai penjaga.
Itu mendorong seruan bagi pihak berwenang untuk menanggapi ancaman kekerasan sayap kanan lebih serius dan untuk menyelidiki serangan itu sebagai motivasi kebencian.
Komunitas Muslim di Kanada juga masih belum pulih dari penembakan massal Januari 2017 di sebuah masjid di Kota Quebec yang menewaskan enam pria Muslim dan melukai beberapa lainnya.
Tiga hari berkabung
Walikota London Ed Holder mengatakan dia memerintahkan bendera setengah tiang selama tiga hari berkabung. "Biar saya perjelas: Ini adalah tindakan pembunuhan massal, dilakukan terhadap Muslim - terhadap warga London - dan berakar pada kebencian yang tak terkatakan," kata Holder dalam sebuah pernyataan.
“Tindakan kebencian yang tak terkatakan ini, harus diikuti oleh tindakan kasih sayang, tindakan kebaikan, tindakan empati, tindakan solidaritas – keadilan – dan, di atas segalanya, cinta,” ujarnya.
Baca juga: Nyaman Tinggal di Kanada, Gisela Cindy Selalu Kepikiran Pulang ke Indonesia
Perdana Menteri Ontario Doug Ford juga mentweet ucapan belasungkawanya pada hari Senin. “Kebencian ini tidak punya tempat di Ontario. Keadilan harus ditegakkan atas tindakan kebencian mengerikan yang terjadi di London, Ontario kemarin," tulisnya.
Harjit Sajjan, menteri pertahanan nasional Kanada, mengatakan dia “sangat sedih mengetahui empat Muslim Kanada yang tewas di London, Ontario dalam serangan yang keji”.
“Tiga generasi keluarga hilang dalam sekejap. Kebencian yang meluas ini terlalu umum di negara kita. Kita harus bersatu untuk mengakhiri kebencian dalam segala bentuknya,” ujarnya.
Jagmeet Singh, pemimpin oposisi Partai Demokrat Baru (NDP), juga mengutuk serangan itu. “Mereka dibunuh karena keyakinan mereka,” tulis Singh di Twitter. “Lebih dari sebelumnya kita harus berdiri bersama keluarga, teman & tetangga Muslim kita melawan kebencian keji seperti itu.” (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)