TRIBUNNEWS.COM - Pensiunan kepala agen mata-mata Israel Mossad, Yossi Cohen, membeberkan sejumlah operasi rahasia terhadap Iran.
Dilansir BBC, dalam wawancara bersama jurnalis Ilana Dayan di program dokumenter Uvda di Channel 12 pada Kamis (10/6/2021), Cohen memberikan rincian tentang pencurian arsip nuklir Iran.
Dia juga mengisyaratkan keterlibatan Israel dalam penghancuran fasilitas nuklir Iran di Natanz dan pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka, Mohsen Fakhrizadeh.
Cohen memasuki masa pensiunnya sebagai pimpinan Mossad sejak minggu lalu.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menunjuk Cohen sebagai kepala Mossad pada akhir tahun 2015.
Baca juga: Agen Mossad Ikut Selidiki Ledakan Bom di Dekat Kedubes Israel di New Delhi
Baca juga: Samakan Amerika Serikat dan Israel dengan Hamas, Anggota Kongres Muslim AS Tuai Kecaman
Dia bergabung dengan Mossad pada 1982 setelah belajar di universitas di London.
Dalam dokumenter itu, Cohen mengklaim bahwa dia memiliki ratusan paspor sepanjang kariernya.
Menyoal arsip nuklir Iran, diketahui pada 2018 lalu Netanyahu mengungkap sejumlah dokumen rahasia.
Dalam konferensi pers itu, Netanyahu mengklaim arsip-arsip tersebut membuktikan Iran pernah membuat senjata nuklir secara diam-diam.
Namun, tuduhan itu langsung dibantah oleh Iran.
Cohen mengatakan bahwa Mossad membutuhkan waktu dua tahun untuk merencanakan operasi itu.
Total ada 20 agen Mossad yang terlibat di lapangan dan tidak ada satupun dari mereka yang merupakan warga negara Israel, kata wartawan Ilana Dayan.
Kepala mata-mata mengawasi operasi dari pusat komando di Tel Aviv.
Cohen mengatakan, agen masuk ke gudang dan harus memecahkan lebih dari 30 brankas.
Saat 'harta karun' itu muncul di layar, "Ada kegembiraan yang luar biasa bagi kami semua," katanya, dikutip dari The Times of Israel.
Semua agen selamat dan baik-baik saja, meskipun beberapa harus diekstraksi dari Iran.
Membahas pusat nuklir Iran di Natanz, Dayan bertanya kepada Cohen di mana dia akan membawa bahan peledak jika mereka bisa bepergian ke sana.
Dikutip dari The Guardian, Cohen mengatakan ke ruang bawah tanah, "Di mana alat sentrifugal digunakan untuk berputar."
Wawancara ini juga membahas pembunuhan ilmuwan nuklir Iran, Fakhrizadeh, pada November tahun lalu.
Mantan kepala Mossad ini tidak mengonfirmasi atau menyangkal keterlibatan Israel dalam kematian Fakhrizadeh.
Baca juga: Negosiasi Perjanjian Nuklir 2015 akan Dilanjutkan Jelang Pemilihan Iran
Baca juga: Joe Biden Berencana Sumbang Setengah Miliar Vaksin Covid-19 untuk Negara Miskin: Ini tanpa Pamrih
Namun, dia mengatakan ilmuwan itu adalah target Mossad selama bertahun-tahun, dan menyebut bahwa pengetahuan ilmiah Fakhrizadeh menyangkut badan intelijen Israel ini.
"Jika pria itu memiliki kemampuan yang membahayakan warga Israel, dia harus berhenti eksis," kata Cohen.
Dia menambahkan bahwa seseorang bisa terhindar dari Mossad, "Jika dia siap untuk berganti profesi dan tidak merugikan kami lagi."
Badan-badan intelijen AS dan Badan Energi Atom Internasional percaya bahwa Iran berusaha mengembangkan senjata nuklir pada 2003.
Iran telah lama mempertahankan programnya ini dengan mengatakan untuk tujuan damai.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)