Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Profesor Hiroshi Nishiura, anggota tim peneliti penyakit menular virus corona Kementerian Kesehatan Jepang dan dosen Universitas Hokkaido melakukan riset dan simulai mengenai infeksi di Jepang. Akhir Juli 2021 mutan India varian Delta diperkirakan akan merajalela 80 persen di Jepang.
"Strain India, yang mungkin akan digantikan oleh virus mutan Inggris di masa depan, akan lebih menular," papar Hiroshi Nishiura, 9 Juni 2021 lalu kepada pers.
Nishiura mengkhawatirkan penyebaran strain Delta dari mutan India di Jepang khususnya pada akhir Juli mendatang meskipun vaksinasi telah dilakukan kepada mayoritas lansia Jepang.
"Dibandingkan dengan strain konvensional, "strain Delta" memiliki jumlah reproduksi 77,6 persen lebih tinggi, yang merupakan jumlah infeksi sekunder yang menginfeksi satu orang. Dengan kata lain, ia memiliki sekitar 1,8 kali infektivitas," kata dia.
Virus mutan turunan Inggris "Strain Alpha", yang telah merajalela di Jepang sejauh ini, adalah 44,9 persen lebih tinggi dari strain konvensional, sekitar 1,4 kali lebih tinggi.
Sedangkan infektivitas strain Delta lebih kuat dari itu semua mencapai sekitar 1,2 kali lebih menular daripada strain Alpha.
Baca juga: Survei Pemerintah Jepang: 31,3 Persen Penduduk Usia 60 Tahun ke Atas Tidak Punya Teman Dekat
"Karena infektivitas yang tinggi ini, strain Delta akan membalikkan proporsi strain Alpha pada pertengahan Juli, yang merupakan mayoritas orang yang terinfeksi di Jepang. Diperkirakan bahwa itu akan menjadi sekitar 80 persen dari total pada akhir Juli terinfeksi strain Delta," jelas Hiroshi Nishiura.
Ketika jumlah strain India meningkat, infektivitas virus corona domestik akan meningkat.
Dengan penyebaran strain Delta mutan India yang sangat menular ini, diperkirakan infektivitas virus di Jepang akan meningkat mulai pertengahan Juni.
"Diperkirakan peningkatan infektivitas akan meningkatkan jumlah orang yang terinfeksi dan proporsi orang yang terkena. Namun, sejauh yang saya tahu dari Inggris, pengaruh strain India akan menginfeksi anak-anak. Mungkin lebih tinggi dari sebelumnya," kata dia.
Apa dampak penyelenggaraan Olimpiade?
Saat ini, pemerintah sedang mempercepat kecepatan vaksinasi untuk mengantisipasi Olimpiade.
Ada konflik antara efek penekanan inokulasi dan kecepatan penyebaran strain India, yang lebih menular daripada sebelumnya, tetapi simulasi ini tidak memperhitungkan dampak penyelenggaraan Olimpiade.
Jika diadakan, apakah prediksi penyebaran infeksi akan bertambah?
"Saya pikir itu tergantung pada bagaimana kita menyelenggarakan Olimpiade dan bagaimana kita akan menyambutnya. Jika Anda setuju bahwa Olimpiade akan dimulai, kita semua harus bekerja sama untuk mengurangi kontak dan terburu-buru. Jika Anda mengambil tindakan yang tepat, maka peningkatan jumlah orang yang terinfeksi akan lebih sedikit daripada di simulasi," ujarnya.
Di sisi lain, ada kekhawatiran tentang suasana kemeriahan yang dikatakan Profesor Omi.
Baca juga: Semua yang Terlibat Olimpiade Jepang akan Divaksin 18 Juni di Kantor Pemda Tokyo
"Tetapi jika Anda tidak memperhatikan detailnya, setidaknya risiko infeksi akan meningkat. Kondisi seperti apa yang akan Anda pegang dan apa yang akan terjadi dan lakukan? Dengan simulasi semacam ini dalam pikiran, belum terlambat, jadi saya pikir kita semua harus mendiskusikannya dengan lebih serius lagi," katanya.
Apabila infeksi meningkat pesat Nishiura melihat kemungkinan Deklarasi Darurat (PSBB) lagi pada bulan Agustus karena di bulan Agustus juga ada masa Obon (nyekar dan pulang kampung warga Jepang), sehingga arus manusia berkumpul sangat banyak dan di sanalah terjadi penyebaran infeksi.
"Risiko sakit berat dan kematian empat sampai lima kali lebih tinggi antara orang tua dan paruh baya. Dengan kata lain, ketika tempat tidur yang sakit parah ketat, terutama pada orang paruh baya, lansia sakit parah. Jumlah total orang yang terinfeksi akan menjadi empat hingga lima kali lebih tinggi daripada di masa lalu. Itu yang akan terjadi apabila protokol kesehatan diabaikan Agustus mendatang," ujar dia.
Namun apabila tingkat vaksinasi lansia mencapai 90 persen atau lebih pada akhir Juli 2021, diharapkan keadaan darurat kelima dapat terhindari hingga ke Januari tahun depan.
"Skenario ini tidak memiliki efek peningkatan arus orang oleh Olimpiade. Kita harus mempertimbangkan kemungkinan penyebaran infeksi akan lebih cepat dari prediksi ini."
Hiroshi Nishiura adalah seorang ahli epidemiologi teoritis.
Baca juga: 810.000 Orang Diperkirakan Berada di Tokyo Saat Pembukaan Olimpiade Jepang
Lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Miyazaki pada tahun 2002.
Setelah bekerja sebagai rekan postdoctoral di Universitas London, Universitas Chubingen, Universitas Utrecht, asisten profesor di Universitas Hong Kong, profesor asosiasi di Universitas Tokyo, associate profesor di Universitas Kyoto dan profesor di Universitas Hokkaido, ia telah berada di posisi anggota dewan penasihat penanggulangan penyakit menular virus corona sejak Agustus 2020.
Hiroshi Nishiura spesialisasi dalam epidemiologi teoretis.
Kelompok penanggulangan virus corona Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan sedang mengerjakan analisis data epidemi, dan masih menganalisis data pada dewan penasihat penanggulangan penyakit menular virus corona yang baru.
Hobi Nishiura adalah joging. Perhatian utamanya adalah diet.
Sementara itu beasiswa dan upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.