TRIBUNNEWS.COM - Presiden AS Joe Biden meluncurkan inisiatif infrastruktur untuk negara-negara berkembang, sebagai usaha untuk melawan pengaruh China.
Kemitraan Build Back Better World (B3W), yang diperkenalkan di KTT G7 di Cornwall, Inggris, Sabtu (12/6/2021) dimaksudkan untuk menjadi penyeimbang Prakarsa Sabuk dan Jalan milik China.
Dilansir Nation, B3W akan didanai oleh negara-negara G7.
Selain bertujuan meningkatkan infrastruktur, B3W juga akan mendorong kemajuan di bidang kesehatan, teknologi, iklim, dan kesetaraan gender.
Sebuah pernyataan Gedung Putih mengatakan, inisiatif B3W akan memberikan kemitraan infrastruktur transparan untuk mempersempit kesenjangan $ 40 triliun yang dibutuhkan oleh negara-negara berkembang pada tahun 2035.
Baca juga: Ratu Elizabeth Potong Kue Menggunakan Pedang, Kate Middleton dan Orang-orang di Sekitarnya Cekikikan
Baca juga: Jelang KTT G7, Ibu Negara AS Kenakan Jaket Bertuliskan LOVE sebagai Simbol Cinta dan Persatuan
Biden bertemu dengan para pemimpin G7 untuk pembicaraan empat mata, dan akan melakukan perjalanan ke London pada hari Minggu untuk bertemu ratu sebelum menuju ke Brussels untuk pertemuan puncak NATO.
Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyambut lebih banyak pemimpin dunia yang tiba di KTT pada hari Sabtu (12/6/2021) untuk melakukan pembicaraan: Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, dan Scott Morrison dari Australia.
Perdana Menteri India Narendra Modi akan ambil bagian melalui konferensi video.
Prakarsa Sabuk dan Jalan China
Apa itu Prakarsa Sabuk dan Jalan?
Dilansir ebrd.com, China's Belt and Road Initiative (BRI) atau Prakarsa Sabuk dan Jalan China adalah strategi yang diprakarsai oleh Republik Rakyat China yang berupaya menghubungkan Asia dengan Afrika dan Eropa melalui jaringan darat dan laut dengan tujuan meningkatkan integrasi regional, meningkatkan perdagangan, dan merangsang pertumbuhan ekonomi.
Nama ini diciptakan pada tahun 2013 oleh Presiden China Xi Jinping, yang mendapat inspirasi dari konsep Jalur Sutra yang didirikan pada masa Dinasti Han 2.000 tahun yang lalu.
Jalur Sutra adalah jaringan rute perdagangan kuno yang menghubungkan China ke Mediterania melalui Eurasia selama berabad-abad.
Sebelumnya, Prakarsa Sabuk dan Jalan juga disebut sebagai 'Satu Sabuk Satu Jalan'.
Prakarsa Sabuk dan Jalan terdiri dari Sabuk Ekonomi Jalur Sutra – jalur lintas benua yang menghubungkan China dengan Asia Tenggara, Asia Selatan, Asia Tengah, Rusia, dan Eropa melalui jalur darat – dan Jalur Sutra Maritim abad ke-21, rute laut yang menghubungkan wilayah pesisir China dengan Tenggara dan Asia Selatan, Pasifik Selatan, Timur Tengah dan Afrika Timur, sampai ke Eropa.
Baca juga: Presiden AS Joe Biden Menolak Berdampingan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin Saat Jumpa Pers
Baca juga: Pakai Jaket Bertuliskan LOVE, Jill Biden Dibanding-bandingkan dengan Melania Trump
Inisiatif ini memiliki lima prioritas utama:
- koordinasi kebijakan;
- konektivitas infrastruktur;
- perdagangan tanpa hambatan;
- integrasi keuangan; dan
- menghubungkan semua orang
Prakarsa Sabuk dan Jalan telah dikaitkan dengan program investasi yang sangat besar dalam pembangunan infrastruktur untuk pelabuhan, jalan, kereta api dan bandara, serta pembangkit listrik dan jaringan telekomunikasi.
Sejak 2019, volume pinjaman Prakarsa Sabuk dan Jalan yang dipimpin negara China telah menurun.
Prakarsa Sabuk dan Jalan sekarang semakin menekankan pada "investasi berkualitas tinggi", termasuk melalui penggunaan pembiayaan proyek, alat mitigasi risiko, dan pembiayaan hijau yang lebih besar.
Prakarsa Sabuk dan Jalan merupakan mekanisme yang semakin penting bagi perdagangan bilateral China dengan mitra.
Per Maret 2020, jumlah negara yang telah bergabung dengan Prakarsa Sabuk dan Jalan yang menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan China adalah 138 negara.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lainnya seputar KTT G7