TRIBUNNEWS.COM - Malaysia mendeportasi tokoh teori konspirasi yang dicari di Prancis atas penculikan seorang anak 8 tahun, ungkap sumber kepada AFP seperti yang dilansir Today Online.
Remy Daillet-Wiedemann, istrinya yang sedang hamil dan tiga anaknya ditangkap akhir Mei lalu di Pulau Langkawi, Malaysia karena status kependudukan mereka.
Warga Negara Prancis dan keluarganya itu dibawa dengan pengamanan ketat ke Bandara Kuala Lumpur pada hari Minggu (13/6/2021) dan diterbangkan ke Singapura.
Dari sana, mereka akan naik penerbangan Air France ke Paris, yang akan tiba Senin pagi, kata sumber itu.
Baca juga: Pria yang Menampar Presiden Prancis Emmanuel Macron Dihukum Ringan, Penjara Empat Bulan
Baca juga: Bukan Ditampar, Presiden Prancis Emmanuel Macron Tadinya Akan Dilempari Telur
Namun, keluarga itu masih berada di Singapura pada Minggu malam setelah istri Daillet yang sedang hamil dilarikan di rumah sakit.
"Kami mengkhawatirkan bayi itu," kata pengacara Daillet, Jean-Christophe Basson-Larbi, kepada AFP.
"Tuan Daillet dan anak-anaknya berada di bawah pengawasan kepolisian Singapura," tambahnya.
Kasus Penculikan Gadis 8 Tahun Bernama Mia
Gadis yang diculik, diidentifikasi sebagai Mia, dibawa pergi pada pertengahan April dari rumah neneknya di Prancis oleh beberapa pria yang disuruh oleh ibunya.
Enam pria dan ibu Mia didakwa atas penculikan tersebut setelah pencarian ketat selama lima hari.
Mia ditemukan di Swiss dan kemudian dikembalikan ke neneknya.
Baca juga: Terlibat Penculikan Anak, Ahli Teori Konspirasi Buron dari Prancis Ditangkap di Malaysia
Baca juga: Pelaku Penculikan Anak Prajurit TNI Diamankan, Korban Dibawa Pulang ke Indramayu
Menurut beberapa laki-laki, rekan sang ibu adalah aktivis yang percaya bahwa anak-anak dalam pengasuhan diambil secara tidak adil dari orang tua mereka.
Ibu Mia kini telah kehilangan hak asuh atas putrinya dan tidak lagi diizinkan untuk melihatnya sendirian atau berbicara dengannya di telepon.
Penyelidik percaya Daillet, yang dikenal polisi sebagai pendukung teori konspirasi ekstremis dan pengambilalihan negara oleh populis, mungkin telah membantu mengatur penculikan tersebut.
Jaksa Prancis pada bulan April mengeluarkan surat perintah penangkapan internasional untuk Daillet, yang telah tinggal di Malaysia selama beberapa tahun.
Tapi Daillet ditahan karena status kependudukannya, membuat proses deportasi lebih mudah dan cepat.
Daillet adalah mantan pemimpin regional partai MoDem berhaluan tengah Prancis sebelum dia dikeluarkan pada 2010.
Setelah penculikan, Daillet memposting video di mana dia mengatakan bahwa organisasinya mengembalikan anak-anak yang diculik oleh negara kepada orang tua mereka, atas permintaan mereka sendiri.
"Sama sekali tidak ada penculikan," ujarnya.
Dalam video sebelumnya, ia telah mendukung gagasan kudeta dan menyuarakan penentangan terhadap pajak, vaksin, dan masker.
Remy Daillet-Wiedemann Ditahan Sejak Akhir Bulan Lalu
Diberitakan Tribunnews sebelumnya, polisi Malaysia mengatakan Kamis (3/6) bahwa mereka telah menahan seorang ahli teori konspirasi Prancis yang buronan dengan tuduhan mengorganisir penculikan seorang gadis.
Penjabat Kepala Penyelidikan Kriminal Kepolisian, Dev Kumar, mengatakan Remy Daillet-Wiedemann ditahan Sabtu pekan lalu di pulau resor utara Langkawi. Saat itu, sang buronan sedang bersama dengan istri hamil dan tiga anaknya yang berusia 18, 9 dan 2 tahun.
Polisi Prancis dilaporkan mengeluarkan surat perintah penangkapan internasional pada bulan April untuk Daillet.
Pria ini dikenal sebagai seorang ahli teori konspirasi anti-pemerintah yang mereka duga membantu mengatur penculikan seorang gadis berusia 8 tahun di Prancis timur.
"Mereka ditangkap karena memiliki visa perjalanan yang kedaluwarsa," kata Dev kepada The Associated Press.
Baca juga: Kakak Beradik di Riau Jadi Korban Penculikan, Pelaku Ternyata Masih Tetangga Korban
Ditambahkan, penangkapan warga Prancis itu tidak ada hubungannya dengan surat perintahnya di Prancis.
Dia mengatakan keluarga itu diyakini telah tinggal di Langkawi sejak 2015, tetapi visa mereka berakhir pada 21 Mei.
Dia mengatakan Daillet sebelumnya menolak untuk menjalani tes swab Covid-19, menunda rencana untuk menyerahkannya ke biro imigrasi, tetapi dia akhirnya setuju untuk diuji pada hari Kamis.
Dev mengatakan Dallet akan diserahkan ke imigrasi jika tesnya negatif, bergabung dengan istri dan anak-anaknya.
“Kami memperhatikan kondisi istri dan anak-anak. Karena itu, kami mempercepat penyelidikan dan segera menyerahkannya ke Departemen Imigrasi untuk dideportasi. Kami berharap mereka tidak perlu menghabiskan waktu lebih lama dari yang diperlukan di Malaysia," kata Dev, seperti dilansir dari Channels News Asia.
Baca juga: KPK Bersurat Ke NCB Interpol Minta Terbitkan Red Notice Bagi Buronan Harun Masiku
Pejabat imigrasi dan Kedutaan Besar Prancis tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar.
Mia Montemaggi yang berusia 8 tahun, diculik pada 13 April dan ditemukan di Swiss beberapa hari kemudian bersama ibunya di sebuah pabrik yang ditinggalkan.
Sang ibu diduga memerintahkan penculikan setelah dia kalah dalam perselisihan hak asuh, dan Daillet disebut sebagai dalang.
Beberapa orang yang memiliki hubungan sayap kanan telah didakwa dalam penculikan tersebut.
Daillet adalah mantan pemimpin regional dari partai Gerakan Demokratik sentris Prancis sebelum dia diusir pada 2010.
Baca juga: Tentara Myanmar Tangkap Aktor Paing Takhon, 120 Selebriti Jadi Buronan Junta Militer
Dia dilaporkan menjalankan situs web yang menyerukan penggulingan pemerintah Prancis dan mendukung teori konspirasi ekstrem termasuk menyerukan penghentian "penempatan anak-anak yang tidak semestinya" serta penggunaan masker wajah dan teknologi 5G.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Hasanah Samhudi)