TRIBUNNEWS.COM - Donald Trump akhirnya sadar dirinya bukan lagi presiden AS setelah melihat pertemuan Joe Biden dan Vladimir Putin, ungkap analis politik CNN Maggie Haberman, yang juga merupakan jurnalis The New York Times.
"Ini adalah peristiwa yang menggarisbawahi orang-orang di sekitar Trump dan mantan presiden itu sendiri bahwa dia bukan presiden lagi," kata Haberman di CNN, Independent melaporkan.
"Ini adalah jenis acara di panggung dunia, yang mendapatkan perhatian besar, yang sangat dia nikmati, yang dia lihat sebagai salah satu ornamen kantor, yang dia pikir berbicara tentang kekuatan dan kekuatan. Ini adalah momen nyata dimana, 'Oh, orang lain adalah presiden dan bukan Donald Trump'."
Baca juga: Ahli Kerajaan Sebut Ratu Elizabeth Merasa Lega akan Bertemu Joe Biden, Bukan Donald Trump
Baca juga: Biden Beri Kacamata Hitam Buatan Randolph USA untuk Vladimir Putin
Pembawa acara CNN John Berman kemudian mengatakan bahwa presiden satu periode dan timnya tampak sangat sensitif tentang pertemuan Biden-Putin itu.
"Organisasinya mengirim email kemarin yang memberi tahu semua orang bahwa dia lebih populer daripada sebelumnya, dia adalah pemimpin Partai Republik," kata Berman.
"Sepertinya itu benar-benar penting baginya."
Donald Trump kemudian muncul di Fox News setelah KTT itu dan mengklaim bahwa KTT itu adalah "hari yang baik bagi Rusia".
"Kami tidak mendapatkan apa-apa. Kami memberikan panggung yang sangat besar untuk Rusia, dan kami tidak mendapatkan apa-apa," kata Trump kepada Hannity dari Fox News.
Pertemuan Joe Biden dan Vladimir Putin: Bicara soal HAM, Alexei Navalny, hingga Serangan Siber
Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu di Jenewa, Swiss pada Rabu (16/6/2021) untuk membahas sejumlah isu.
Dilansir Sky News, kedua pemimpin itu berbicara selama 4 jam, lebih cepat dari yang diperkirakan penasehat Biden.
Berbicara dalam konferensi pers tunggal, Biden mengatakan kepada Presiden Putin bahwa dia akan selalu mengangkat masalah "hak asasi manusia yang mendasar", termasuk kritikus Kremlin yang dipenjara Alexei Navalny, dan dua orang Amerika yang "dipenjara secara salah" di Rusia.
Biden bersikeras hak asasi manusia akan selalu diperjuangkan.
Biden bahkan mengatakan akan "menghancurkan Rusia" jika Navalny, yang telah pulih dari protes mogok makannya terhadap kondisi penahanannya, meninggal di penjara.