TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani dan Ketua Dewan Tinggi untuk Rekonsiliasi Nasional, Abdullah di Gedung Putih pada Jumat (25/6/2021).
Melansir Reuters, pertemuan ketiga petinggi tersebut akan membahas penarikan pasukan AS di tengah meningkatnya pertempuran antara pasukan Afghanistan dan Taliban di seluruh negeri.
"Dalam pertemuan tatap muka pertama mereka, Biden akan berusaha meyakinkan Ghani dan Abdullah tentang dukungan AS untuk rakyat Afghanistan termasuk bantuan diplomatik, ekonomi dan kemanusiaan," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Taliban Ingin Terapkan Sistem Islam Asli untuk Mengakhiri Perang Afghanistan
Baca juga: Presiden AS Joe Biden Bertemu Presiden Afghanistan Ashraf Ghani Jumat Nanti, Ini Tanggapan Taliban
Biden juga mempertegas janjinya untuk memastikan bahwa negara itu tidak pernah menjadi tempat yang aman bagi kelompok teroris.
"Kunjungan Presiden Ghani dan Dr Abdullah akan menyoroti kemitraan antara Amerika Serikat dan Afghanistan saat penarikan militer berlanjut," jelas Gedung Putih.
Pada April 2021, Biden memutuskan untuk menarik semua pasukan AS sebelum 11 September untuk mengakhiri perang hampir 20 tahun.
Taliban telah melakukan kampanye untuk memperluas pengaruhnya di seluruh negeri, ketika Amerika Serikat mulai menarik pasukan pada 1 Mei.
Taliban juga menutup beberapa pangkalan dan menyerahkannya kepada pemerintah Afghanistan.
Kelompok tersebut mengatakan, kunjungan Presiden Ghani dan Dr Abdullah tidak akan berguna.
"Mereka (Ghani dan Abdullah) akan berbicara dengan pejabat AS untuk mempertahankan kekuasaan dan kepentingan pribadi mereka," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid.
"Itu tidak akan menguntungkan Afghanistan."
Baca juga: Trump Akhirnya Sadar Dia Bukan Lagi Presiden setelah Lihat Pertemuan Biden-Putin, Ungkap Analis
Baca juga: Gedung Putih Sebut Pertimbangkan Pembicaraan Presiden Joe Biden dan Presiden Cina Xi Jinping
Tidak ada reaksi langsung dari kantor presiden, tetapi seorang pejabat senior Afghanistan mengatakan, Ashraf Ghani akan mencari jaminan dari Amerika Serikat untuk pasukan keamanan Afghanistan setelah penarikan.
Kunjungan itu juga menyoroti lambatnya kemajuan dalam pembicaraan antara Taliban dan perwakilan pemerintah Afghanistan di Qatar.
Para pejabat telah menyuarakan keprihatinan atas negosiasi yang macet dan mengatakan, Taliban belum mengajukan proposal perdamaian tertulis yang dapat digunakan sebagai titik awal untuk pembicaraan substantif.
Pada Mei, analis intelijen AS merilis sebuah penilaian, Taliban "akan mundur banyak" dari kemajuan yang dibuat dalam hak-hak perempuan Afghanistan jika ekstremis Islam mendapatkan kembali kekuatan nasional.
Warga Afghanistan yang bekerja untuk Amerika Serikat selama dua dekade pengerahan pasukan NATO pimpinan AS khawatir, pemberontakan akan menargetkan mereka dan keluarga sebagai pembalasan karena membantu pasukan asing.
Pemerintahan Biden mengatakan akan menambah staf untuk mempercepat proses visa bagi warga Afghanistan.
Pendukung pengungsi dan beberapa anggota Kongres mengatakan upaya tersebut tidak sesuai dengan harapan mereka.
Baca juga: Bertemu Vladimir Putin, Joe Biden Beri Kenang-kenangan Kacamata Hitam dan Patung Krtistal Bison
Dalam sebuah wawancara dengan ABC News, penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengatakan, masalah itu adalah "prioritas utama" bagi Biden.
Pemerintah kan mengeluarkan orang-orang meskipun tidak memberikan angka spesifik.
"Kami melakukan semacam perencanaan ekstensif untuk evakuasi potensial jika itu diperlukan," jelasnya.
"Kami akan mengambil semua langkah ini untuk memastikan bahwa kami melakukan hal yang benar."
Berita lain terkait Presiden Joe Biden
Berita lain terkait Afghanistan
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)