TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden merayakan Hari Kemerdekaan AS pada Minggu (4/7/2021) waktu setempat.
Dalam pidatonya, Biden menyebut pandemi Covid-19 belum sepenuhnya "dikalahkan."
Dilansir dari AFP dan Channel News Asia, Senin (5/7/2021), berbicara di hadapan kerumunan 1.000 orang di halaman Selatan Gedung Putih, Biden membuat perbandingan antara deklarasi kemerdekaan dari Kerajaan Inggris pada tahun 1776 dan pemulihan cepat AS dari virus corona.
"Dua ratus empat puluh lima tahun yang lalu, kami menyatakan kemerdekaan kami. Hari ini, kita lebih dekat dari sebelumnya untuk mendeklarasikan kemerdekaan kita dari virus mematikan," katanya kepada undangan yang sebagian besar adalah anggota militer dan tenaga kesehatan.
"Kita telah menang melawan virus ini," katanya.
Baca juga: AS Akan Donasi 4 Juta Dosis Vaksin Moderna untuk Indonesia Lewat COVAX
Tetapi dia menambahkan: "Jangan salah paham: Covid-19 belum dikalahkan. Kita semua tahu varian yang kuat telah muncul, seperti varian Delta."
Biden memberikan penghormatan kepada mereka yang telah kehilangan nyawa, dengan jumlah kematian yang mengejutkan di AS sekarang di lebih dari 600.000.
"Selama setahun terakhir, kita telah menjalani beberapa hari tergelap, " kata Biden.
"Kita akan melihat masa depan kita yang paling cerah."
Masalah Vaksinasi
Kerumunan besar memadati National Mall untuk pertunjukan kembang api besar sebagai tanda lain bahwa warga AS sedang mengisi liburan Hari Kemerdekaan.
Terlepas dari suasana pesta kemerdekaan hari Minggu, pemerintahan Biden mengatakan prihatin dengan banyaknya orang yang masih belum divaksinasi.
Tujuan Gedung Putih agar mendapatkan tujuh dari 10 orang dewasa menerima suntikan dosis pertama pada Hari Kemerdekaan telah gagal.
Dan dalam vaksinasi penuh, hanya 46 persen orang Amerika telah menerima dua dosis.
Keterlambatan itu datang ketika varian Delta yang sangat menular terus menyebar.
Anthony Fauci, pakar penyakit menular top Amerika, mengatakan kepada NBC bahwa orang yang tidak divaksinasi sekarang menyumbang 99,2 persen kematian COVID-19. (AFP/Channel News Asia).