News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

POPULER Internasional: Virus Zika Ditemukan di India | Taliban Klaim Kuasai 85% Wilayah Afghanistan

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Berita populer Internasional, di antaranya kasus pertama virus Zika ditemukan di Kerala India, negara bagian keluarkan peringatan karena hingga kini belum ada obat maupun vaksin untuk mencegahnya

TRIBUNNEWS.COM - Inilah rangkuman berita populer Internasional di kanal Tribunnews dalam 24 jam terakhir.

Kasus pertama virus Zika ditemukan di Kerala India, negara bagian keluarkan peringatan karena hingga kini belum ada obat maupun vaksin untuk mencegahnya.

Sementara itu, Israel alami lonjakan kasus Covid-19. Para pakar sarankan warganya untuk mulai hidup berdampingan dengan virus.

Lebanon saat ini tengah alami krisis ekonomi, nilai mata uang pun anjlok.

Di sisi lain, Taliban mengklaim telah menguasai 85% wilayah Afghanistan setelah merebut wilayah perbatasan dengan Iran dan Turkmenistan.

1. India Keluarkan Peringatan soal Munculnya Virus Zika, Belum Ada Obat dan Vaksin

Otoritas di wilayah Kerala, India mengeluarkan peringatan di seluruh negara bagian.

Peringatan tersebut dikeluarkan setelah kasus virus Zika terkonfirmasi, kantor berita AFP melaporkan.

Sebanyak 13 kasus suspek tengah diinvestigasi, ujar menteri kesehatan negara bagian Kerala, Veena George.

Sampel dari 13 kasus yang dicurigai telah dikirim untuk penyelidikan lebih lanjut ke laboratorium di Pune.

Baca juga: Virus Zika Ditemukan di India, Hingga saat Ini Belum Ada Obat atau Vaksin untuk Mencegahnya

Baca juga: WHO Tulis Daftar 9 Virus serta Penyakit Berbahaya yang Mengancam Dunia, dari Nipah hingga Zika

Seorang ibu hamil berusia 24 tahun terkonfirmasi terinfeksi penyakit yang ditularkan melalui nyamuk itu.

Ia sedang menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di kota Thiruvananthapuram.

Ilustrasi nyamuk pembawa virus zika (Freepik)

Wanita hamil sangat rentan dan dapat menularkan penyakitnya kepada bayi mereka yang baru lahir.

Hal itu dapat mengakibatkan kondisi seperti sindrom Guillain-Barre, penyakit auto-imun yang langka.

Zika umumnya menyebar melalui gigitan nyamuk Aedes tetapi juga dapat ditularkan secara seksual, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

Virus ini pertama kali ditemukan pada monyet di hutan Zika Uganda pada tahun 1947.

BACA SELENGKAPNYA >>>

2. Israel 'Deteksi' Lonjakan Kasus Covid-19, Pakar: Mulai Biasakan Hidup Berdampingan dengan Virus

Dua anak-anak sedang diperiksa sebelum diberikan suntikan vaksin Covid-19 di Israel. (AFP)

Varian baru virus corona (Covid-19) B.1.67.2 (Delta) saat ini terus menghadirkan tantangan bagi Israel yang mencatat lebih dari 500 kasus baru pada hari Kamis kemarin.

Saat ini, ada lebih dari 3.600 kasus aktif yang tercatat di seluruh negeri, padahal beberapa minggu lalu, tidak ada lonjakan angka yang terjadi.

Dikutip dari Sputnik News, Jumat (9/7/2021), pada awal Juni lalu, jumlah kasus harian baru yang dilaporkan di negara itu tidak lebih dari 50 orang.

Namun angka itu terus melonjak karena munculnya varian Delta yang diyakini lebih menular 70 persen dibandingkan virus aslinya.

Baca juga: Menlu: Indonesia Telah Amankan Lebih dari 119 Juta Dosis Vaksin Covid-19

Varian ini terus menyebar, sehingga jumlah kasus aktif Covid-19 di Israel pun mulai meningkat secara bertahap.

Situasi Mengkhawatirkan

Ido Hadari, yang merupakan Direktur Komunikasi dan Urusan Pemerintah di organisasi kesehatan terbesar Israel, Maccabi, mengatakan situasinya memang 'mengkhawatirkan'.

Baca juga: Kisah Haru Mahasiswa Program Dokter Spesialis Unair Meninggal oleh Covid-19, Susul Ayah Hadap Ilahi

Pemerintah Israel mulai 'memperkenalkan kembali' sejumlah tindakan pembatasan yang bertujuan untuk menekan laju penyebaran virus.

Awal bulan ini, mereka kembali memberlakukan kebijakan seperti kewajiban penggunaan masker yang sebenarnya telah dicabut beberapa waktu lalu.

BACA SELENGKAPNYA >>>

3. Krisis Ekonomi di Lebanon: Tentara Buka Tur Helikopter, Listrik Padam, hingga Mata Uang Anjlok

Seorang wanita Lebanon menggunakan cahaya dari lilin saat meletakkan pakaian di ibu kota Beirut pada 10 Juli 2021, di tengah pemadaman listrik yang parah di negara yang dilanda krisis. Sebuah pembangkit listrik utama di Lebanon akan kembali beroperasi pada 11 Juli, dua hari setelah terhenti karena kekurangan bahan bakar pada saat pemadaman listrik terus-menerus dan keruntuhan ekonomi. (ANWAR AMRO / AFP)

Dua pembangkit listrik utama di Lebanon dimatikan pada Jumat (9/7/2021) hingga membuat sebagian besar wilayah mengalami pemadaman listrik nyaris total.

Pembangkit listrik dimatikan karena keduanya kehabisan bahan bakar.

Dilansir BBC, kondisi ini memperburuk krisis yang membuat orang hanya bisa menerima listrik dua jam sehari. 

Lemahnya mata uang asing membuat negara ini kesulitan membayar pemasok energi dari luar negeri.

Baca juga: Analis: Krisis Lebanon Bisa jadi Satu dari 3 yang Terburuk di Dunia dalam 150 Tahun

Baca juga: KSAL Kunjungi Awak KRI Sultan Hasanuddin-366 yang Selesai Jalankan Misi Perdamaian di Lebanon

Lebanon juga tidak mampu membayar importir obat-obatan asing, hingga apotek melakukan pemogokan.

Dua pembangkit listrik terbesar Lebanon, Deir Ammar dan Zahrani, yang memasok sekitar 40% kebutuhan listrik di negara ini dimatikan pada Jumat lalu, menurut keterangan Electricite Du Liban (EDL).

Dilaporkan kapal-kapal yang mengangkut bahan bakar seperti minyak dan gas menolak menurunkan muatan sebelum dilunasi.

Di Kota Zahle, EDL meminta masyarakat agar meminimalisir penggunaan listrik dan mengatakan bahwa pasokan listrik di seluruh wilayah Lebanon telah terputus tanpa batas.

Menurut laporan BBC, sebagian besar wilayah Lebanon juga mengalami penjatahan air.

Sayangnya stasiun penyedia air yang digerakkan diesel kekurangan pasokan bahan bakar.

Lebanon telah jatuh dalam krisis ekonomi selama 18 bulan terakhir.

BACA SELENGKAPNYA >>>

4. Taliban Mengklaim Telah Menguasai 85 Persen Wilayah Afghanistan

Pemimpin gerakan dan perunding Taliban Abdul Latif Mansoor (kanan), Shahabuddin Delawar (tengah) dan Suhail Shaheen (kiri) berjalan untuk menghadiri konferensi pers di Moskow pada 9 Juli 2021. (Dimitar DILKOFF / AFP)

Taliban mengklaim telah menguasai 85% wilayah Afghanistan setelah merebut wilayah perbatasan dengan Iran dan Turkmenistan, Jumat (9/7/2021).

Taliban terus melancarkan serangan besar-besaran sejak militer AS mulai melakukan penarikan.

Dilansir CNA, Taliban mengatakan telah merebut dua wilayah perbatasan penting di Afghanistan Barat tidak lama setelah Presiden AS Joe Biden mengumumkan penarikan pasukan. 

Di Moskow, Rusia, delegasi Taliban mengaku kelompoknya telah menguasai sekitar 250 dari 398 distrik di Afghanistan.

Baca juga: Delegasi Pemerintah Afghanistan Bertemu Taliban di Iran

Baca juga: Joe Biden Janji Tak akan Kirim Pasukan Lagi ke Afghanistan, Akhiri Misi pada 31 Agustus

Klaim ini langsung dibantah oleh pemerintah.

Sementara itu jubir Taliban, Zabihullah Mujahid secara terpisah mengatakan kepada AFP bahwa pejuang mereka telah merebut kota perbatasan, Islam Qala.

Wilayah itu berada di perbatasan Iran dan persimpangan Torghundi dengan Turkmenistan.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Tareq Arian mengatakan upaya sedang dilakukan untuk mengusir kelompok ekstremis ini dari posisi mereka.

AS Janji Tidak akan Kirim Pasukan Lagi

Beberapa jam sebelumnya, Biden mengatakan misi militer AS akan berakhir pada 31 Agustus.

BACA SELENGKAPNYA >>>

(Tribunnews.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini