Kerusuhan tersebut tampaknya bukan hanya dipicu oleh penahanan Zuma, tetapi juga terkait dengan pengangguran dan kesulitan yang ditimbulkan oleh pengetatan untuk pencegahan penularan Covid-19.
Sementara itu, Presiden Cyril Ramaphosa dalam pidato yang disiarkan secara nasional pada hari Senin mengatakan kekerasan mematikan yang mencengkeram dua provinsi terpadat di negara itu belum pernah terjadi sebelumnya di Afrika Selatan pasca-apartheid.
"Beberapa bagian negara ini terguncang dari beberapa hari dan malam kekerasan publik, perusakan properti dan penjarahan yang jarang terlihat sebelumnya dalam sejarah demokrasi kita," kata Ramaphosa.
Baca juga: Perempuan Pengidap HIV Di Afrika Selatan Kembangkan 32 Mutasi Covid-19 Dalam Tubuhnya
Sidang Zuma
Dalam sidang virtual, pengacara Zuma meminta pengadilan untuk membatalkan hukuman penjara kliennya.
Pengacara Zuma mengutip aturan bahwa keputusan dapat dipertimbangkan kembali jika dibuat tanpa kehadiran orang yang bersangkutan atau mengandung kesalahan paten.
Pengacara Zuma mengatakan, kleinnya saat ini tidk dapat hadir di hadapan mahkamah konstitusi karena kesehatannya memburuk.
Untuk itu, pengacara Zuma berharap pengadilan membatalkan keputusan sebelumnya.
Fahmida Miller dari Al Jazeera, melaporkan dari Johannesburg, mengatakan para ahli hukum percaya bahwa peluang pengadilan untuk membatalkan keputusan sebelumnya sangat tipis.
"Pengacara presiden mengatakan dia tidak memilih untuk tidak hadir di hadapan mahkamah konstitusi. Mereka mengatakan itu adalah kesehatannya yang buruk yang menentukan itu. Mereka berharap pengadilan membatalkan keputusan sebelumnya," kata Miller.
Baca juga: Afrika Selatan Buang 2 Juta Dosis Vaksin Johnson & Johnson Gara-gara Ini
Artikel lain seputar Afrika Selatan
(Tribunnews.com/Rica Agustina)