TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Thailand melarang adanya pertemuan publik dan tengah mempertimbangkan lebih banyak pembatasan Covid-19, Sabtu (17/7/2021).
Berdasarkan pembaruan terbaru, Thailand mencatat rekor jumlah kasus dan kematian akibat virus corona pada hari ini.
Pekan ini beberapa lokasi, seperti sebagian Bangkok dan sembilan provinsi lainnya masih dalam penguncian.
Melansir Al Jazeera, Satgas Covid-19 Thailand melaporkan 10.082 kasus virus corona baru dan 141 kematian baru, sehingga jumlah total infeksi menjadi 391.989 kasus dan 3.240 kematian sejak pandemi dimulai.
Kamis lalu, pihak berwenang mengatakan 80 persen beban kasus di Thailand didominasi oleh merebaknya varian Delta yang sangat menular.
Baca juga: Dilarang WHO, Thailand Dukung Pencampuran Dua Merek Vaksin Berbeda untuk Dosis Kedua Bahkan Booster
Bagi masyarkat yang melanggar aturan ini akan dijatuhi hukuman maksimum dua tahun penjara atau denda hingga 40.000 baht Thailand ($1.219,88) atau keduanya, sebuah pengumuman di Royal Gazette resmi yang diterbitkan pada Jumat malam.
Pada Sabtu ini, surat kabar Bangkok Post melaporkan bahwa Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha telah menginstruksikan militer dan polisi, untuk membantu pejabat ibu kota dalam pengerahan 200 tim yang akan melakukan pengujian dari pintu ke pintu untuk kondisi terburuk.
Langkah ini bertujuan untuk "menemukan dan mengisolasi orang yang terinfeksi untuk mengekang penularan yang melonjak", The Post melaporkan.
Baca juga: POPULER Internasional: Pawang Ular Tewas Digigit Ular | Junta Myanmar Disebut Menimbun Oksigen
Pada Jumat (16/7/2021), Prayuth mengatakan bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan lebih banyak pembatasan karena negara itu memerangi wabah virus corona terburuk, didorong oleh varian Alpha dan Delta Covid-19 yang sangat mudah menular sejak awal April .
“Ada kebutuhan untuk memperluas langkah-langkah untuk membatasi pergerakan orang sebanyak mungkin dan menutup lebih banyak fasilitas, sehingga hanya menyisakan yang penting saja,” tulis Prayuth di halaman Facebook resminya.
Area yang dianggap berisiko tinggi di Thailand telah berada di bawah pembatasan terberat dalam lebih dari setahun sejak Senin, dengan pembatasan pergerakan dan pertemuan, penutupan mal dan beberapa bisnis serta jam malam antara pukul 9 malam hingga 4 pagi.
Turis asing
Prayuth sendiri telah menjalani isolasi mandiri selama hampir dua minggu setelah melakukan kontak dengan kasus positif saat berkunjung ke Phuket untuk meluncurkan program pariwisata bagi orang asing.
Meskipun penguncian baru dan lonjakan nasional Covid-19, tiga pulau di Thailand dibuka untuk turis asing yang divaksinasi di negara itu.
Pulau-pulau seperti Samui, Tao dan Phangan, menyambut pengunjung pada hari Kamis sebagai bagian dari dorongan kerajaan untuk menghidupkan kembali industri pariwisata yang babak belur.
Thailand meluncurkan skema "kotak pasir" pada 1 Juli, yang memungkinkan wisatawan yang divaksinasi mengunjungi pulau Phuket.
Turis tidak harus dikarantina di hotel tetapi tidak bisa meninggalkan Phuket selama dua minggu
Baca juga: Ada Sinyal PPKM Darurat Diperpanjang, Bakal Diumumkan Sore Ini?
Di bawah perluasan rencana pariwisata baru, pengunjung harus menginap di hotel yang disetujui di Samui selama seminggu dan dapat meninggalkan akomodasi mereka pada hari keempat.
Mereka harus menunjukkan tes Covid-19 negatif sebelum diizinkan pergi ke Tao atau Phangan setelah minggu pertama mereka.
Sejak pulau Phuket dibuka, telah menerima setidaknya 5.000 turis asing, 10 di antaranya dinyatakan positif Covid-19.
Pihak berwenang tidak mengharapkan arus besar segera ke Samui dan dua pulau lainnya.
Presiden Asosiasi Pariwisata, Koh Samui Ratchaporn Poolsawadee menggambarkan skema “Samui Plus” sebagai pembukaan awal.
Ia mengatakan 75 persen warga di tiga pulau itu sudah divaksinasi.
Berita lain terkait Virus Corona
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)