TRIBUNNEWS.COM, ROMA - Sebuah studi baru yang dilakukan oleh para Ilmuwan Italia menunjukkan bahwa benua Eropa kemungkinan telah terpapar virus corona (Covid-19) lebih awal dari China.
Menurut hasil studi mereka, virus corona mungkin telah menyebar di Italia pada awal Oktober 2019, dua bulan sebelum China menyampaikan kepada dunia tentang temuan kasus pneumonia yang disebabkan oleh penyakit yang tidak diketahui.
Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (22/7/2021) malam, para peneliti menguji ulang sampel darah individu untuk kanker paru-paru sebelum pandemi dimulai.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Amerika Meningkat Tiga Kali Lipat dalam Dua Minggu Terakhir
Salah satu peneliti, Giovanni Apolone mengatakan bahwa tiga sampel ditemukan mengandung antibodi terkait virus corona, Immunoglobulin M (IgM), yang menunjukkan bahwa seseorang baru saja terinfeksi.
Perlu diketahui, IgM merupakan antibodi yang lebih awal diproduksi saat ditemukannya infeksi dalam tubuh.
"Hasil pengujian ulang ini menunjukkan bahwa apa yang kami laporkan sebelumnya pada pasien tanpa gejala adalah sinyal yang masuk akal dari sirkulasi awal virus di Italia," kata Apolone.
Namun, hasil studi ini tidak memberikan bukti konklusif terkait infeksi SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19.
Menurut penelitian, dari tiga jenis antibodi itu, tidak ada sampel yang mengandung kadar cukup dan dianggap sebagai bukti adanya infeksi oleh Universitas Erasmus di Belanda, sebuah fasilitas yang berafiliasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Salah satu Ilmuwan yang terlibat dalam penelitian itu, Gabriella Sozzi mengatakan bahwa hal ini mungkin terjadi karena pada awal pandemi virus bersifat kurang agresif dan kurang menular.
Meskipun studi ini tidak menjawab pertanyaan mengenai asal usul virus corona, namun temuannya kemungkinan akan memulai perdebatan tentang masalah ini.
Sebelumnya, kasus Covid-19 kali pertama diketahui dilaporkan terjadi di kota Wuhan, China pada Desember 2019.
Sementara Eropa melaporkan kasus pertamanya pada Januari 2020.
Kendati demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa penyakit menular itu bisa saja muncul di benua tersebut pada awal November 2019.