TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN – Iran meresmikan beroperasinya terminal baru ekspor minyak di dekat pelabuhan Jask di Teluk Oman.
Lokasi ini tepat di sisi selatan Selat Hormuz, memungkinkan kapal tanker menuju ke Laut Arab dan sekitarnya untuk menghindari rute sempit Selat Hormuz.
Terminal ekspor minyak utama Iran terletak di pelabuhan Kharg di dalam Selat Hormuz, jalur air kurang dari 40 kilometer (25 mil) di titik tersempitnya.
“Kami memiliki terminal dan jika ada masalah, ekspor minyak kami akan terputus,” kata Presiden Hassan Rouhani yang akan segera lengser.
“Hari ini adalah hari bersejarah yang besar bagi bangsa Iran,” kata Rouhani lewat forum virtual peresmian pelabuhan ekspor minyak Iran itu, Kamis (22/7/2021) waktu Teheran.
Baca juga: AS Pertimbangkan Sanksi Baru Terhadap Penjualan Minyak Iran ke China
Baca juga: Kalah Pilpres, Donald Trump Nyaris Seret Militer AS Perangi Republik Islam Iran
Baca juga: 33 Situs Berita Iran Diblokir Amerika Serikat, Dituding Sebarkan Informasi yang Menyesatkan
“Hari ini, pengiriman pertama 100 ton minyak dimuat di luar Selat Hormuz. Ini menunjukkan kegagalan sanksi AS,” kata Rouhani.
Rouhani mengatakan Iran bertujuan untuk mengekspor satu juta barel per hari (bph) minyak dari fasilitas baru itu. Saat ini, proyek tersebut memungkinkan 350.000 barel untuk diekspor per hari.
Iran memproduksi 2,47 barel per hari pada Juni, menurut angka terbaru yang tersedia dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Iran juga telah membangun pipa sepanjang 1.000 km (600 mil) untuk membawa minyak mentahnya ke terminal baru di tenggara dari Goreh di Provinsi Bushehr.
Rouhani memperkirakan nilai proyek baru senilai $2 miliar yang, menurut media Iran, telah berlangsung selama sekitar dua tahun.
Lokasi terminal baru juga akan menyelamatkan kapal tanker yang menuju ke laut lepas dengan waktu berlayar beberapa hari.
Iran sering mengancam akan memblokir Selat Hormuz jika ekspor minyak mentahnya ditutup oleh kebijakan blokade ala Washington sejak tiga tahun lalu.
Kebijakan itu diambil Presiden Donald Trump yang secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir penting yang ditandatangani antara Iran dan kekuatan dunia pada 2015.
Mengingat sanksi AS, Iran berhati-hati tentang pengiriman minyak mentahnya ke beberapa pelanggan yang masih berani membelinya.
Rouhani yang segera lengser mengatakan penyelesaian proyek oleh insinyur Iran, menggunakan potensi dalam negeri dalam waktu yang singkat 2 tahun dan beberapa bulan adalah respon yang kuat dan tegas untuk semua konspirator, khususnya AS, karena minyak adalah salah satu elemen terpenting di daftar sanksi Amerika.
Presiden Rouhani lebih lanjut mencatat sanksi AS menargetkan dua bidang penting ekspor minyak dan pasokan barang-barang pokok dari Iran.
AS ingin memaksa Iran kehabisan devisa untuk memenuhi kebutuhannya lewat larangan ekspor minyaknya. Sanksi itu juga berdampak di sector kesehatan untuk rakyat Iran.
Namun menurut Rouhani, pemerintah Iran sudah bisa mengalokasikan mata uang untuk membeli vaksin dari luar negeri. Di sisi lain, vaksin dalam negeri juga sudah masuk ke pasar.
"Sekitar 10 juta orang telah divaksinasi sejauh ini," katanya, seraya menambahkan pemerintahnya telah memenuhi janjinya untuk menyuntik orang di atas usia 60 tahun serta pasien dengan penyakit khusus.
Menurut Presiden, 300 hingga 400 ribu orang di Iran menerima vaksin setiap hari.
Menteri Perminyakan Iran, Bijan Zanganeh melengkapi pernyataan Rouhani menggambarkan hari peresmian itu sebagai peristiwa bersejarah bagi industri minyak Iran.
Menurut Bijan, lebih dari 250 perusahaan telah terlibat dalam proyek yang ia gambarkan sebagai "proyek nasional besar, yang dilaksanakan dan dioperasikan di bawah sanksi keras dan perang ekonomi."(Tribunnews.com/Aljazeera/FarsNewsAgency/xna)