Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Tingkat penyebaran infeksi virus corona di Tokyo sangat besar hingga mencapai 3.865 orang per hari.
Hal ini menimbulkan rasa krisis bagi warga Tokyo sehingga lampu-lampu terang di persimpangan Hachiko--tempat paling ramai di dunia--langsung dimatikan setelah jam 8 malam, Kamis (29/7/2021).
"Aduh kenapa ini ya kok mati semua lampunya," kata Ayako Funabashi, seorang warga Setagayaku yang kaget melihat lampu mendadak mati ketika dia di tengah persimpangan itu.
Funabashi akhirnya sadar hal itu sebagai tanda bahaya kritis akan infeksi virus corona yang semakin tinggi saat ini.
Baca juga: Ahli Penyakit Menular Jepang Ungkap Rasa Krisis di Masyarakat Mulai Memudar
Dia langsung melihat ponselnya.
"Waduh, kok parah begini ya mencapai 3.865 orang hari ini," katanya kepada Tribunnews.com, Kamis (29/7/2021).
Berbagai lampu neon yang sangat terang di Shibuya khususnya persimpangan Hachiko Tokyo langsung mati setelah jam 8 malam lewat.
Tinggallah lampu beberapa toko kecil saja yang juga mulai menutup tokonya, sadar akan bahaya risiko penyebaran infeksi corona di Tokyo khususnya.
Sebaliknya, kereta api malam hari sekitar jam 8 malam tampak sangat penuh dengan penumpang.
"Di dalam kereta api itu pula kemungkinan risiko penularan virus corona terjadi karena jumlahnya cukup banyak dan berdesakan di Shibuya," lanjut Funabashi yang bingung hendak pulang tapi kereta api penuh dengan penumpang.
Akibatnya beberapa warga berusaha menunggu kereta agak senggang dulu baru menaiki kereta api agar tidak berdesak-desakan.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang) dan upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.