News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ribuan Warga Afghanistan Ditawarkan Tinggal di Amerika

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dalam foto file ini, personel militer Afghanistan berjalan di dekat bandara selama pertempuran antara militan Taliban dan pasukan keamanan Afghanistan di Kunduz pada 1 Oktober 2015. Amerika Serikat menyerukan pada 22 Juni 2021 untuk mengakhiri kekerasan di Afghanistan, menyalahkan Taliban pemberontak untuk sebagian besar pertumpahan darah, tiga hari menjelang kunjungan Presiden Ashraf Ghani ke Gedung Putih. Kekerasan harus dihentikan, kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price kepada wartawan. Kami mendesak kedua pihak untuk terlibat dalam negosiasi serius yang menentukan peta jalan politik untuk masa depan Afghanistan, tambahnya.

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan memberikan kesempatan kepada ribuan warga Afghanistan untuk bermukim kembali sebagai pengungsi di AS, di bawah program yang diumumkan oleh Departemen Luar Negeri (Deplu) negara itu pada Senin waktu setempat.

Ini berlaku bagi warga Afghanistan yang berisiko menjadi sasaran kekerasan kelompok ekstrimis Taliban karena terafiliasi dengan AS.

Rencana ini terkait rencana AS untuk mendirikan program pengungsi 'Prioritas Dua' yang mencakup warga Afghanistan yang bekerja untuk proyek-proyek yang didanai AS serta untuk badan-badan non-pemerintah dan media yang berbasis di AS.

Baca juga: Menlu RI Bahas Isu Myanmar hingga Afghanistan dengan Penasihat Keamanan Nasional AS

Program yang menurut Deplu AS dapat membantu 'ribuan' warga Afghanistan ini muncul saat pertempuran meningkat di Afghanistan menjelang penyelesaian resmi penarikan pasukan AS pada akhir bulan ini, dengan Taliban berupaya untuk merebut ibu kota provinsi utama.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (3/8/2021), Presiden AS Joe Biden telah menghadapi tekanan dari anggota parlemen dan kelompok advokasi agar membantu warga Afghanistan yang menghadapi risiko pembalasan Taliban karena memiliki hubungan dengan AS selama perang yang berlangsung selama 20 tahun ini.

Program ini berlaku untuk warga Afghanistan yang tidak memenuhi syarat untuk program Visa Imigrasi Khusus (SIV) yang mencakup penerjemah dan mereka yang bekerja untuk pemerintah AS, termasuk keluarga mereka.

Sekitar 400 pemohon SIV yang visanya telah masuk dalam tahap akhir pemrosesan serta anggota keluarga mereka telah tiba dalam beberapa hari terakhir pada awal upaya evakuasi yang dijuluki 'Operasi Sekutu Perlindungan' yang dapat mencakup sebanyak 50.000 orang atau lebih.

"Mereka yang bekerja pada proyek yang didanai AS maupun warga Afghanistan yang dipekerjakan oleh organisasi media yang berbasis di AS atau organisasi non-pemerintah (LSM), termasuk diantara mereka yang memenuhi syarat untuk program tersebut," kata Deplu AS.

Namun para warga Afghanistan ini harus mendapatkan rekomendasi dari agen AS atau pegawai warga negara AS paling senior di sebuah LSM atau organisasi media yang berkantor pusat di AS.

Terkait hal ini, Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken mengatakan bahwa negaranya berkomitmen penuh terhadap masa depan mereka yang mempertaruhkan nyawa demi membantu AS.

"Kami memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa kami memenuhi komitmen kami kepada mereka yang secara khusus mempertaruhkan diri dan keluarga mereka untuk membantu kami," tegas Blinken.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini