"Maksudnya, jika kamu tidak tepat waktu, kamu tidak bisa menyelesaikan semua hal yang perlu kamu lakukan."
"Penting bagi pekerja perusahaan untuk menampilkan diri mereka sebagai orang yang disiplin dan tepat waktu," kata Mieko Nakabayashi, seorang profesor ilmu sosial di Universitas Waseda dan mantan anggota parlemen di Partai Demokrat Jepang.
"Jika anda tidak bisa melakukan itu, maka anda akan segera mendapatkan reputasi buruk di dalam perusahaan," katanya.
Bagaimana awal budaya tepat waktu itu muncul di Jepang?
Sekitar tahun 1871-1873, para petinggi Pemerintahan Jepang memutuskan melakukan kunjungan ke negara-negara barat seperti Amerika Serikat, dan 11 negara di Eropa.
Dipimpin oleh negarawan Iwakura Tomomi, rombongan itu mengunjungi pabrik, sekolah, pelabuhan, kantor pemerintahan, dan bertemu para pemimpin negara.
Baca juga: Olimpiade Tokyo Selesai, Polisi Jepang Kembali ke Kota Masing-masing
Delegasi Jepang tersebut tercengang oleh kedisiplinan masyarakat barat.
Kesimpulan dari misi Iwakura ini adalah Jepang masih sangat tertinggal dalam industri dan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia).
Oleh sebab itu Jepang harus mencontoh negara barat jika ingin maju.
Arahan dari Menteri Pendidikan Jepang mengharuskan siswa datang 10 menit sebelum pelajaran dimulai setiap harinya, dan jika tidak mereka akan menerima hukuman atas keterlambatan dari guru mereka.
Hal tersebut membantu mengajarkan ketepatan waktu pada generasi baru.
Pada November 1919, Kementerian Pendidikan Jepang kemudian mengkampanyekan reformasi pola hidup dengan menggelar pameran Life Improvement di Museum Pendidikan Tokyo.
Pameran itu menampilkan poster dan foto-foto mengenai pola hidup yang efisien mencakup segi sandang, pangan, dan papan.
Pameran tersebut mendapat sambutan luar biasa dari warga Tokyo.