TRIBUNNEWS.COM, KABUL – Inilah momen militan Taliban menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul pada 15 Agustus 2021 waktu setempat.
Ini merupakan video yang diambil oleh Al-Jazeera dari dalam Istana Kepresidenan Afghanistan bersama dengan para prajurit Taliban.
Dalam video Ekslusif yang disiarkan langsung Al-Jazeera hari ini terlihat kemewahan interior istana presiden.
Meski demikian, beberapa militan Taliban menduduki kursi presiden sambil menenteng senjata laras panjang.
Pihak Taliban mengatakan kelompoknya akan segera mendeklarasikan Imarah Islam Afghanistan dari Istana Kepresidenan di Ibu Kota Kabul.
Imarah Islam Afghanistan merupakan nama negara di bawah pemerintahan Taliban yang digulingkan oleh pasukan pimpinan Amerika Serikat setelah serangan pada 11 September 2021.
Baca juga: Taliban Kuasai Kabul, Warga Berlarian ke Bandara Hendak Tinggalkan Afghanistan
Nonton video detik-detik milisi Taliban kuasai Istana Presiden:
Rumah Panglima Perang Afghanistan Diduduki
Sementara itu, juga beredar video yang menunjukkan milisi Taliban masuk ke rumah panglima perang Afghanistan Abdul Rashid Dostum, sekutu AS, yang melarikan diri.
Melansir The New York Post pada Minggu (15/8/2021), para milisi dengan membawa senjata terlihat bersantai di istana mewah seorang panglima perang Afghanistan, setelah mereka mengambil alih Mazar-i-Sharif, kota terbesar keempat.
Video para milisi Taliban bersantai di antara furnitur berlapis emas di rumah Dostum beredar di media sosial pada Sabtu (14/8/2021), menurut saluran berita yang berbasis di Arab Saudi, Al Arabiya.
Dostum, mantan wakil presiden Afghanistan, adalah salah satu dari dua orang kuat terkenal di wilayah itu yang melarikan diri melintasi perbatasan ke Uzbekistan pada Sabtu di tengah kemajuan Taliban dalam merebut wilayah Afghanistan.
Pria 67 tahun pemimpin pasukan militer itu dan pengikutnya, serta mantan gubernur Atta Mohammad Noor, adalah musuh terbesar Taliban dan pemain kunci di Afghanistan sejak 1980-an.
Nonton videonya berikut ini :
Dostum dan Noor telah bersumpah untuk melindungi Mazar-i-Sharif, kota terbesar keempat di negara itu, bersama dengan pasukan keamanan Afghanistan.
“Mereka tidak akan pernah lolos. Mereka semua akan dibunuh. Saya akan mengubah Afghanistan utara menjadi kuburan Taliban,” sumpah Dostum saat itu seperti yang dikutip dari The New York Post.
Noor memimpin pasukan milisi Afghanistan, tetapi gagal dan akhirnya Mazar-i-Sharif berhasil direbut, menurut laporan itu.
Dia mengatakan di Twitter bahwa dia dan Dostum aman, sambil menyalahkan "konspirasi" atas jatuhnya Afghanistan utara di tangan Taliban.
Jatuhnya kota Mazar-i-Sharif menandai beralihnya kendali seluruh Afghanistan utara ke tangan Taliban.
Pada Minggu (15/8/2021), Taliban berhasil memperluas kekuasaannya dengan merebut Jalalabad, ibu kota provinsi Nangarhar, menyisakan Kabul yang masih dipegang pemerintah Afghanistan.
Ketika Taliban dengan cepat bergerak di ibu kota negara Kabul, Presiden Biden mengerahkan 1.000 tentara tambahan ke Afghanistan untuk membantu mengevakuasi personel Amerika dan sekutu dari negara yang jatuh dengan cepat itu.
Tinggalkan Afghanistan
Sementara itu, ribuan warga histeris dan suasana mencekam di Bandara Internasional Kabul Afghanistan.
Ribuan warga berbondong-bondong ingin meninggalkan negara ini paska-Taliban berhasil menduduki Afghanistan.
Kemacetan terjadi di mana-mana di Kabul.
Dilaporkan BBC, mesin ATM kosong semenara sejumlah warga kesulitan mendapatkan makanan.
Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan tetap mempertahankan kantor KBRI di Kabul dengan memperkecil jumlah staf yang bekerja, setelah kelompok bersenjata Taliban memasuki ibu kota Kabul, Aghanistan, Minggu (15/08).
"Betul, KBRI masih menjalankan fungsinya," kata Juru bicara Kemenlu Indonesia, Teuku Faizasyah kepada BBC News Indonesia, Senin (16/08) pagi.
Faizasyah menambahkan dengan dinamika politik yang terjadi di sana, sejumlah staf yang bekerja rencananya akan dievakuasi. Tapi tetap mempertahankan staf inti.
"Ini masih kita terus pastikan, setidaknya tadi unsur diplomat, unsur keamanan dan administrasi tidak lebih dari sepuluh," katanya
Sejauh ini KBRI Kabul tetap berpegang pada rencana kontijensi yang menjadi pegangan untuk penanggulangan situasi kritis dan darurat.
"Seperti perkembangan di Kabul ini pun sudah melalui konstultasi (pemerintah pusat) dan yang pokok adalah tugas itu tidak akan disfungsi, namun jumlahnya akan diperkecil sesuai kebutuhan," lanjut Faizasyah.
Jumlah WNI yang berada di Afghanistan dilaporkan sebanyak enam orang. "Ada beberapa yang bekerja untuk misi PBB, sehingga mereka terikat kontrak dan bisa saja mereka ikut apabila pemulangan dilakukan," kata Faizasyah.
Selain itu, Faizasyah juga mengatakan staf dan diplomat Indonesia yang masih bertugas di Kabul sudah mendapat jaminan keselamatan dari pihak Taliban.
"Sudah memperoleh juga. Kalau kita cermati ke belakang di mana Indonesia ikut aktif dalam proses perundingan damai yang dilakukan pemerintah, dengan Afghanistan. Kita ikut hadir paling tidak, dilibatkan sebagai partisipan," katanya.
Sumber: Kompas.TV/Kompas.com/BBC Indonesia