TRIBUNNEWS.COM, HELSINKI - Presiden Finlandia Sauli Niinistö melihat penaklukkan Afghanistan yang dilakukan secara cepat oleh Taliban sebagai 'tanda kegagalan negara Barat' yang tidak berhasil membangun pemerintahan dan masyarakat demokratis di negara itu.
"Pelajaran yang harus kita petik dari sini adalah bahwa cukup sulit untuk memperkenalkan struktur sosial dan pemikiran sosial yang sama sekali baru ke tempat lain. Dibutuhkan banyak generasi untuk membangun pola seperti ini," kata Niinistö.
Kendati demikian, ia menolak berkomentar terkait 'apakah ia melihat masuknya negara Barat ke Afghanistan pada 2001 dan meninggalkannya pada 2021 adalah sebuah kesalahan?'.
Sebaliknya, dirinya menekankan bahwa membawa perubahan dalam masyarakat ternyata lebih sulit dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya.
"Saya tidak akan suka berbicara tentang kesalahan, kesimpulannya adalah bahwa itu adalah tujuan yang tidak tercapai. Sejak awal, ada keyakinan bahwa semuanya akan berjalan ke arah yang baik, tapi sekarang kita dihadapkan pada kenyataan bahwa sangat sulit untuk mengubah negara secara keseluruhan," tegas Niinistö.
Baca juga: 7 Orang Tewas di Bandara Kabul saat Evakuasi Berujung Kacau, Warga Afghanistan Berebut Naik Pesawat
Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (17/8/2021), Niinistö menekankan bahwa gerakan kelompok Taliban selalu aktif di Afghanistan dan telah dipersiapkan secara baik serta terorganisir.
Menurutnya, konsekuensi langsung dari situasi yang terjadi saat ini adalah kemungkinan munculnya gelombang pengungsi yang meninggalkan negara itu.
Namun, Niinistö menilai bahwa saat ini bukan merupakan waktu yang tepat untuk membuat prediksi yang akurat mengenai jumlah dan tujuan mereka.
"Jadi kita harus mengambil sikap atas pertanyaan terkait berapa banyak pengungsi yang dapat diterima Finlandia dan Eropa, sehingga integrasi yang baik dapat dicapai," jelas Niinistö.
Pernyataan yang ia sampaikan ini mengacu pada krisis migran tahun 2015, saat Eropa menerima 1,2 juta pencari suaka dalam satu tahun, angkanya bahkan tertinggi sejak Perang Dunia II.
Isu lain yang relevan, kata dia, adalah sikap apa yang akan diambil Taliban setelah berkuasa di Afghanistan.
"Pada masa pemerintahan mereka (Taliban) sebelumnya, mereka tinggal di Afghanistan dan tampak puas dengan itu, namun pada saat yang sama menawarkan tempat perlindungan bagi teroris. Jika garis yang sama berlanjut, efeknya dapat menyebar ke seluruh dunia," pungkas Niinistö
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengakui bahwa penyerbuan Taliban terhadap Kabul dan jatuhnya pemerintah Afghanistan 'terjadi lebih cepat dari yang diprediksi'.
Namun dirinya menekankan bahwa ia tidak pernah menyesali keputusannya untuk menarik pasukan dari negara itu.
Sebaliknya, mantan Presiden AS Donald Trump telah bergabung dengan banyak politisi yang mengecam kebijakan Biden ini.