"Tetapi, tidak semuanya muat. Dan sebagian uang itu dibiarkan tergeletak di landasan," bebernya.
Perwakilan khusus Presiden Vladimir Putin di Afghanistan, Zamir Kabulov, menuturkan tidak jelas berapa banyak uang yang ditinggalkan Ghani.
"Saya berharap pemerintah yang melarikan diri (Ghani) tidak mengambil semua uang dari anggaran negara," katanya.
Janji Taliban untuk Rakyat Afghanistan
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, akhirnya muncul setelah bertahun-tahun menjadi sosok misterius.
Mujahid yang selama ini hanya bersuara di ujung telepon, menampakkan wajahnya untuk pertama kali di hadapan wartawan pada Selasa (17/8/2021) waktu setempat.
Dikutip dari BBC, dalam konferensi pers, Selasa, Mujahid berjanji akan menghormati hak-hak perempuan dan memaafkan mereka yang memerangi Taliban.
Baca juga: Pengamat Nilai Taliban Telah Berubah setelah 20 Tahun, tapi Publik Masih Butuh Waktu untuk Percaya
Baca juga: Video Milisi Taliban Kegirangan Bermain Bom-bom Car dan Nge-gym Bareng di Istana
Kendati demikian, Mujahid tidak menjelaskan lebih lanjut soal pernyataan Taliban yang mengatakan akan menghormati hak-hak perempuan.
Namun, Taliban telah mendorong perempuan untuk kembali bekerja dan mengizinkan anak-anak gadis kembali bersekolah.
Mengutip AP News, Taliban juga memastikan Afghanistan tidak menjadi surga bagi teroris.
Mujahid mengatakan, Taliban tidak akan membiarkan Afghanistan digunakan sebagai pangkalan untuk menyerang negara lain, seperti pada tahun-tahun sebelum tragedi 9/11.
Jaminan itu adalah bagian dari kesepakatan damai 2020 yang dicapai antara Taliban dan pemerintahan Donald Trump, yang membuka jalan bagi penarikan tentara Amerika Serikat (AS).
Mujahid menegaskan kembali bahwa Taliban telah menawarkan amnesti penuh pada warga Afghanistan yang bekerja untuk AS dan pemerintah yang didukung Barat.
Dia mengatakan media swasta harus "tetap independen", tetapi jurnalis "tidak boleh melawan nilai-nilai nasional."
Pernyataan ini merupakan bagian dari publisitas yang bertujuan untuk meyakinkan kekuatan dunia dan warga yang ketakutan.
Baca artikel terkait konflk di Afghanistan
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)