Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Membayangkan dunia yang beragam dengan penari dan penampil Asia dalam produksi Teater Mahabharata, produksi pertama di dunia yang mengadaptasi seluruh Mahabharata sejak Peter Brook pada tahun 1985.
Adaptasi teater dari epik India Mahabharata diselenggarakan oleh Badan Urusan Kebudayaan, Pemerintah Jepang dan merupakan co-host program TOKYO 2020 NIPPON FESTIVAL, sebuah festival budaya yang diselenggarakan oleh Panitia Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo dan dilaksanakan ioleh KIKH Project yang dipimpin Hiroshi Koike.
"Lumayan juga mas kita main 3 jam. Belum lagi nanti malam 3 jam lagi. Tapi ya sudah terbiasa karena kita sudah latihan selama dua setengah bulan terakhir ini di Tokyo," papar Danang Pamungkas salah satu pemeran teater Mahabharata khusus kepada Tribunnews.com sore ini (19/8/2021).
Pertunjukan untuk umum akan diadakan mulai Jumat, 20 Agustus hingga Senin, 23 Agustus 2021 di Auditorium Utama Nakano ZERO. Situs Resmi: https://mb2020.info/
Proyek Mahabharata disutradarai oleh sutradara seni pertunjukan yang diakui secara internasional, Hiroshi Koike.
Proyek ini dimulai pada tahun 2013 di Kamboja dengan bertujuan untuk mengadaptasi seluruh Mahabharata untuk panggung dan sekarang di tahun ke-9.
Setiap tahun Koike melakukan perjalanan ke sebuah negara di Asia untuk menghasilkan sebagian dari Mahabharata dengan seniman dan musisi lokal.
Proyek ini telah menghasilkan 7 produksi di 9 negara, termasuk India, Kamboja dan Indonesia, dan telah dilakukan lebih dari 40 tahap, menerima pujian kritis yang bagus.
Hiroshi Koike menyatukan para pemain yang memiliki latar belakang beragam dalam seni pertunjukan klasik dan tradisional Asia.
Koike menyoroti perbedaannya tetapi menciptakan dunia terpadu di mana semua elemen ekspresi dan fisik hidup berdampingan.
Produksi ini bertujuan untuk membayangkan kembali apa arti keragaman dan koeksistensi dalam masyarakat kita dan seperti apa perdamaian itu.
Para penampil dari Indonesia, Thailand, Malaysia dan Jepang mewakili latar belakang mereka dalam tari Jawa, tari Bali, tari Thailand Utara, tari kontemporer, balet, teater Noh, Kyogen dan Okinawan Kumiodori.
Tiap pemain mengucapkan kata-kata dalam bahasa ibu masing-masing pemain dan koreografinya menyoroti fisik yang unggul dari para pemain.
Produksi juga menampilkan perkusi langsung, musik rap, musik Okinawa dan elemen musik Noh.
Tak ketinggalan di akhir acara musik dang-dut ikut memeriahkan acara tersebut, plus lagu-lagu yang keren pula bergaya diskotik masuk ke dalam pementasan tersebut, membuat waktu pementasan 3 jam terasa jadi cepat berakhir.
"Senang kita di Jepang bisa banyak belajar dan bis amembuat networks yang bagus untuk masa depan hidup kita masing-masing," papar Suryo Purnomo, Hermawan Sinung Nugroho dan Danang Pamungkas kepada Tribunnews.com dalam melihat masa depan kehidupan mereka.
Kalau bisa, tambah, Hermawan, "Ya ada direktur atau sutradara Jepang lainnya yang juga mau pakai kita inilah di Jepang sehingga kehidupan kita bisa lebih lama lagi di Jepang. Hidup di Jepang sangat nyaman dan teratur dengan baik," tambah Hermawan.
Demikian pula Surya yang berasal dari Magelang tetapi juga sempat lama pula di Bali, merasakan nikmatnya hidup di Jepang, "Betah saya hidup di Jepang, makanannya juga Alhamdullillah enak-enak semua," lanjut Surya yang mengaku baru saja menikah dan kalau ada pekerjaan lama di Jepang mungkin bisa pula mengajak isterinya datang ke Jepang.
Sementara itu Beasiswa (ke Jepang) dan upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif dengan melalui zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang nantinya. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.