TRIBUNNEWS.COM - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengecam keputusan negara-negara kaya untuk meluncurkan booster vaksin Covid-19, sementara jutaan orang di dunia masih ada yang belum mendapatkan vaksin dosis pertama.
Dilansir France24.com, berbicara sebelum regulator AS mengumumkan bahwa semua warga Amerika yang divaksinasi akan segera dibolehkan untuk mendapatkan dosis tambahan, para ahli WHO bersikeras tidak ada cukup bukti ilmiah bahwa booster diperlukan.
WHO mengatakan bahwa memberikan booster sementara ada banyak yang masih menunggu untuk divaksinasi adalah tindakan tidak bermoral.
"Ini seperti berencana membagikan jaket pelampung tambahan kepada orang-orang yang sudah memiliki jaket pelampung, sementara membiarkan orang lain tenggelam tanpa satu pun jaket pelampung," kata direktur darurat WHO, Mike Ryan kepada wartawan dari markas besar badan PBB di Jenewa, Rabu (18/8/2021).
WHO menyerukan awal bulan ini untuk menunda suntikan booster vaksin Covid-19 untuk membantu meringankan kesenjangan drastis dalam distribusi dosis antara negara kaya dan miskin.
Baca juga: Pfizer Kirim Data Awal Booster Vaksin ke FDA, Minta Izin Beri Dosis Ketiga untuk Orang Dewasa
Baca juga: Joe Biden Minta Semua Orang Dewasa AS yang Divaksinasi Penuh Dapatkan Booster
Tapi itu tidak menghentikan sejumlah negara untuk bergerak maju dengan rencana untuk menambah dosis ketiga, karena mereka berjuang untuk mencegah varian Delta.
Pihak berwenang AS memperingatkan pada hari Rabu bahwa kemanjuran vaksinasi Covid-19 menurun dari waktu ke waktu.
Mereka mengatakan telah mengizinkan suntikan booster untuk semua orang Amerika mulai 20 September, dimulai dari delapan bulan setelah dosis kedua.
Para pejabat mengatakan bahwa sementara vaksin tetap "sangat efektif" dalam mengurangi risiko penyakit parah, rawat inap, dan kematian akibat efek Covid-19, perlindungan dapat berkurang dalam beberapa bulan ke depan tanpa meningkatkan imunisasi.
Washington telah mengizinkan dosis tambahan untuk orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah.
Israel juga mulai memberikan dosis ketiga kepada warga Israel berusia 50 tahun ke atas.
'Malu pada semua umat manusia'