News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dua Robot Humanoid Bapak Kapitalisme Jepang Eiichi Shibusawa Dibuat dengan Biaya 100 Juta Yen

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bapak Kapitalisme Jepang Eiichi Shibusawa dan robot humanoid-nya di Museum Peringatan Shibusaya di Kota Fukaya Saitama.

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Dua robot humanoid dari industrialis Eiichi Shibusawa (1840-1931) diluncurkan ke publik di bekas kediaman Shibusawa "Nakanchi" di kampung halamannya di Fukaya Prefektur Saitama belum lama ini.

Eiichi Shibusawa dikenal sebagai "Bapak Kapitalisme Jepang."

Dua robot humanoid Shibusawa dibuat menggunakan sumbangan 100 juta yen yang diberikan kepada Pemerintah Kota Fukaya oleh Ketua Kehormatan Doutor Coffee Co. Hiromichi Toriba.

Robot pertama yang menggambarkan Shibusawa berusia sekitar 70 tahun, berpakaian gaya Barat, dipamerkan di Shibusawa Eiichi Memorial Museum di Fukaya, Prefektur Saitama, pada 3 Juli 2020.

Robot humanoid kedua dimodelkan setelah Shibusawa pada sekitar usia 80, mengenakan hakama jambul.

Ditampilkan di ruang tatami di belakang gedung utama Nakanchi, tempat Shibusawa dikatakan pernah tinggal ketika dia kembali ke kampung halamannya di tahun-tahun terakhirnya.

Robot yang menurut keturunan Shibusawa terlihat sangat mirip dengannya, sedikit menggerakkan wajah dan bagian tubuhnya yang lain, menyambut pengunjung yang datang untuk melihatnya dari halaman kediaman.

"Di dunia android semacam ini tampaknya hanya 4 unit saja dan 2 unit di antaranya ada di sini. Jadi beruntung sekali bapak dan ibu dapat melihatnya saat ini," papar seorang petugas kepada Tribunnews.com, Sabtu (20/8/2021).

Robot Shibusawa menjelaskan asal mulanya kapitalisme di Jepang hasil dari pemikirannya setelah banyak belajar dari kunjungannya ke Paris, termasuk ke pasar modal Paris saat tahun 1867 sambil melihat pameran Paris International Exposition.

Bagian dalam hunian, seperti bangunan utama dan robot Shibusawa kedua, awalnya direncanakan akan dipajang setelah konstruksi, termasuk perkuatan gempa, selesai dirilis dengan keyakinan bahwa pengunjung akan meningkat setelah 14 Februari dimulainya serial drama sejarah NHK "Seiten wo Tsuke," yang berpusat di sekitar kehidupan Shibusawa.

Bapak Kapitalisme Jepang Eiichi Shibusawa dan robot humanoid-nya di Museum Peringatan Shibusaya di Kota Fukaya Saitama serta gambar wajah sang Bapak Kapitalisme Jepang pada uang kertas 10.000 yen Jepang.

Sehari ada 7 kali pertunjukan selama 30 menit penjelasan petugas dan robot Shibusawa berbicara.

Di awal pertunjukan seorang petugas berdialog dengan robot Shibusawa yang bisa menggerakkan mata, kepala, tangan dan badannya seperti manusia sungguhan.

Setelah 30 menit berakhir, para pengunjung diperkenankan berfoto bersamanya, sambil menjaga jarak sebagai antisipasi Covid-19.

Tak dipungut biaya masuk karena dimiliki oleh pemerintah Fukaya.

"Itu sangat nyata, saya kaget juga seperti sungguhan," kata seorang wanita berusia 30-an tahun yang datang dari kota Prefektur Sakado bersama anak-anaknya.

Shibusawa yang jago akunting itu mengenalkan kapitalisme Barat ke Jepang setelah Restorasi Meiji.

Ia terlibat dalam mendirikan lebih dari 500 perusahaan, banyak di antaranya masih di antara perusahaan terbesar di Jepang.

Dia adalah salah satu orang pertama yang menggunakan ide-ide Konfusianisme dalam manajemen bisnis.

Pindah dari politik ke bisnis di usia 33 tahun, dia bersumpah untuk mengikuti Analek Konfusius dalam aktivitas bisnisnya.

Dalam karier Shibusawa, dia mendirikan lebih dari 500 perusahaan dalam berbagai bidang, termasuk keuangan, kertas, dan logistik.

Baca juga: Pertama Kali di Jepang, Pemimpin Gangster Yakuza Dijatuhi Hukuman Mati

Dia adalah pemimpin bisnis di Periode Meiji dan Taisho.

Pada usia 88 tahun, ia menulis buku The Analects and the Abacus, percaya bahwa ajaran-ajaran di dalam Analect dan mencari uang tidaklah bertentangan satu sama lain.

Dia menegaskan bahwa setelah melihat kesempatan untuk memperoleh keuntungan, jika seseorang berpikir untuk melakukannya dengan adil dan benar, maka mencari keuntungan akan menjadi sebuah tindakan yang baik.

Salah satu bagian dari Analects mengatakan, "Mengejar keuntungan akan menghasilkan kemarahan besar."

Seorang pria yang baik bertindak dengan adil dan lurus, sedangkan seorang penjahat bertindak untuk keuntungan pribadinya.

Shibusawa tidak pernah oportunistik. Dia mengetahui bahwa membeli obligasi kereta api pemerintah akan memberinya keuntungan besar tetapi dia tidak melakukannya.

Menurutnya mendapat keuntungan melalui spekulasi, akan membentuk sebuah kebiasaan buruk yang nantinya akan mengorbankan segala yang dia miliki, merusak reputasinya, dan yang terburuk, membawa tragedi bagi investor-investornya.

Seorang pengusaha harus menjadi orang yang baik, bukan penjahat. Oleh karena itu, Shibusawa menempatkan pengaruh bisnisnya di atas masyarakat dan nilai-nilai masyarakat sebelum keuntungan.

Pada tahun 1873 Shibusawa mengundurkan diri dari Kementerian Keuangan dan menjadi presiden Bank Dai-ichi (Bank Nasional Pertama).

Ini adalah bank modern pertama di Jepang, didirikan di bawah bimbingannya sendiri saat masih bekerja di Kementerian Keuangan.

Bagi yang berminat ke Museum Shibusawa silakan hubungi Museum Peringatan Shibusawa Eiichi di 048-587-1100 (hanya dalam bahasa Jepang).

Sementara itu beasiswa (ke Jepang) dan upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini