Beberapa ribu lebih warga Afghanistan telah melakukan perjalanan melintasi perbatasan
Afghanistan-Pakistan yang banyak digunakan di Spin Boldak, menurut pengamat UNHCR di lapangan, kata Boian.
Bilal Askaryar, direktur komunikasi Welcome With Dignity, sebuah koalisi organisasi advokasi imigran dan pengungsi, mengatakan ada laporan tentang Taliban yang menghentikan warga Afghanistan di jalan menuju perbatasan darat.
Sebelumnya, warga Afghanistan sempat ingin membuktikan afiliasi mereka dengan AS agar berkesempatan naik penerbangan evakuasi sebelum militer AS pergi.
Namun sekarang, banyak yang diperintahkan untuk menyembunyikan atau bahkan menghancurkan dokumen-dokumen itu ketika mereka menghadapi Taliban di pos pemeriksaan.
"Kepemilikan dokumen itu mungkin lebih dijadikan target daripada tiket untuk keluar," kata Askaryar.
"Waktunya untuk saling tuduh akan datang, tetapi sekarang kami hanya perlu mengeluarkan orang-orang," kata seorang pemimpin organisasi non-pemerintah yang bekerja untuk mengevakuasi warga Afghanistan.
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi, meminta negara-negara tetangga Afghanistan untuk membantu.
"Beberapa warga Afghanistan pasti perlu mencari keselamatan melintasi perbatasan negara."
"Mereka harus dapat menggunakan hak mereka untuk mencari perlindungan internasional, dan perbatasan harus tetap terbuka bagi mereka untuk tujuan ini," kata Grandi.
Namun juru bicara pemerintah untuk negara-negara tetangga Iran, Pakistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan tidak berkomentar tentang apakah mereka akan menyambut pengungsi Afghanistan.
Kelima negara bertemu minggu lalu untuk membahas situasi tersebut, tetapi sejauh ini mereka tidak membuat komitmen apapun.
Iran dan Pakistan secara historis menampung jutaan pengungsi Afghanistan selama empat dekade, menurut PBB, banyak dari mereka masih tinggal di negara-negara itu.
Dewan Keamanan PBB pun pesimis terhadap sikap Taliban, yang berjanji menghormati komitmen untuk memastikan perjalanan yang aman bagi semua yang mencoba untuk pergi.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lainnya seputar Konflik di Afghanistan