TRIBUNNEWS.COM - Kurang dari 100 dari sekitar 700 jurnalis wanita di Afghanistan yang masih bekerja setelah Taliban mengambil alih, menurut organisasi internasional non-pemerintah Reporters Without Borders (RSF) seperti dilansir Insider.
Outlet media Kabul mempekerjakan 1.080 karyawan wanita di tahun 2020.
700 di antaranya adalah jurnalis, menurut survei dari organisasi Center for the Protection of Afghan Women Journalists.
Delapan outlet media dan pers terbesar di ibu kota Kabul mempekerjakan 510 wanita, tapi hanya 76 yang masih bekerja, di mana 39 di antaranya adalah jurnalis.
"Dengan kata lain, jurnalis perempuan sedang dalam proses menghilang dari ibu kota," tulis Center for the Protection of Afghan Women Journalists dalam laporannya.
Baca juga: Taliban Tunjuk Sejumlah Pejabat Sementara karena Kebutuhan Mendesak di Afghanistan
Baca juga: Menlu di DPR: Evakuasi WNI dari Afghanistan Salah Satu Evakuasi Paling Berat
Saat ini, Taliban, kelompok Islam garis keras yang mengambil alih kekuasaan bulan lalu, berjanji untuk menghormati hak-hak perempuan, yang dikatakan akan dilakukan dalam hukum Islam.
Tetapi banyak wanita di Afghanistan takut Taliban akan kembali ke aturan lamanya yang melarang wanita bekerja dan memberlakukan hukuman keras seperti rajam, meskipun para pemimpinnya telah bersumpah untuk bersikap lebih moderat.
"Normalitas" bagi wartawan perempuan hanya berlangsung selama beberapa hari, menurut RSF.
RSF mencatat bahwa sebagian besar wartawan perempuan dipaksa untuk berhenti bekerja di sejumlah provinsi di seluruh negeri.
Meskipun reporter wanita dari outlet seperti Tolo News, Ariana News, dan Kabul News pergi meliput berita keluar setelah pengambilalihan Taliban, mereka rupanya dilecehkan setelah itu, kata RSF.
Baca juga: Sosok Hibatullah Akhundzada, Pemimpin Taliban yang Jadi Otoritas Tertinggi Afghanistan
Baca juga: Taliban Kepung Pejuang Perlawanan Afghanistan di Panjshir, Ajak Rundingkan Perdamaian
Nahid Bashardost, seorang reporter untuk kantor berita independen Pajhwok, mengaku dipukuli oleh anggota Taliban karena melaporkan berita di dekat Bandara Hamid Karzai di Kabul pada 25 Agustus, lapor RSF.
Beberapa wartawan wanita mengatakan kepada RSF bahwa penjaga Taliban berjaga di luar tempat kerja mereka untuk menghentikan mereka melakukan liputan lapangan.
Jurnalis lainnya mengatakan bahwa Taliban menyuruh mereka untuk tinggal di rumah karena mereka adalah wanita.
Beberapa reporter wanita telah meninggalkan Afghanistan, termasuk pembawa berita Beheshta Arghand.
Beheshta menjadi sorotan setelah mewawancarai perwakilan Taliban Mawlawi Abdulhaq Hemad secara langsung di stasiun TV lokal TOLO News.
Baca juga: Amerika Serikat Mencari Jalur Darat Untuk Melanjutkan Evakuasi dari Afghanistan
Baca juga: VIRAL Kabar Amerika Serikat Tinggalkan Anjing-anjing Militer di Afghanistan, Pentagon Membantah
Reporter wanita Afghanistan lainnya mengatakan kepada Fox News bahwa dia harus mengubah alamatnya setiap hari untuk bersembunyi dari Taliban.
Ia menyebut Taliban akan membunuhnya jika mereka menemukannya.
Sebelumnya pada bulan Agustus, Taliban mengatakan akan menghormati kebebasan pers dan bahwa perempuan akan dapat segera kembali bekerja.
Tetapi RSF mengatakan bahwa belum ada realisasi seperti itu yang diumumkan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lainnya seputar Konflik di Afghanistan