TRIBUNNEWS.COM - Jenderal top Afghanistan, Abdul Wudod Zara, dilaporkan tewas dalam peperangan antara Taliban dan kelompok pejuang Panjshir.
Ia merupakan keponakan dari pemimpin kelompok Panjshir, Ahmad Massoud.
Tak hanya Wudod Zara, juru bicara kelompok Panjshir, Fahim Dashty, juga dilaporkan tewas.
Kabar ini disampaikan langsung oleh kelompok Panjshir alias Front Perlawanan Nasional (NRF) Afghanistan di media sosial milik mereka.
"Dengan menyesal, NRF Afghanistan kehilangan dua rekan dalam perlawanan suci melawan penindasan dan agresi hari ini."
"Tuan Fahi Dashty, juru bicara NRF dan Jenderal Abdul Wudod Zara, telah menjadi martir. Semoga kenangan mereka abadi," bunyi unggahan tersebut, Senin (6/9/2021), dikutip dari NDTV.
Baca juga: Taliban Lacak Musuh dari Berkas Penggajian dan Email Pegawai Pemerintahan Afghanistan
Baca juga: Taliban Dikabarkan Blokir Empat Pesawat yang Bawa Pengungsi Warga Amerika dari Afghanistan
Di hari yang sama, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengklaim pihaknya telah mengambil kendali penuh atas Provinsi Panjshir, daerah terakhir di Afghanistan yang dikuasai kelompok perlawanan.
"Dengan kemenangan ini, negara kami benar-benar keluar dari rawa perang," ujarnya, Senin, dilansir AlJazeera.
Gambar-gambar yang beredar di media sosial menunjukkan anggota Taliban berdiri di depan gerbang kompleks gubernur Provinsi Panjshir.
Namun, klaim tersebut dibantah oleh pihak pasukan pemberontak.
Juru bicara NRF mengatakan klaim Taliban adalah palsu dan pihaknya tengah terus berjuang.
Kendati demikian, di tengah simpang siur klaim Taliban atas Panjshir, keberadaan pemimpin NRF, Ahmad Massoud dan Amrullah Saleh, mantan wakil presiden yang bergabung setelah jatuhnya Kabul, tidak segera diketahuui.
Pemimpin Panjshir Sambut Baik Tawaran Diskusi
Sebelumnya, pemimpin kelompok Panjshir, Ahmad Massoud, mengatakan ia menyambut baik tawaran dari para ulama untuk diskusi guna mengakhiri pertempuran.
Hal ini ia sampaikan lewat pengumuman di Facebook, Minggu (5/9/2021).
Baca juga: Pemimpin Oposisi Serukan Negosiasi untuk Damai, tapi Taliban Ingin Mereka Menyerahkan Diri atau Mati
Baca juga: Taliban Dikabarkan Datangi Rumah ke Rumah, Cari Warga Amerika di Afghanistan
"NRF pada prinsipnya setuju untuk menyelesaikan masalah saat ini dan segera mengakhiri pertempuran dan melanjutkan negosiasi," katanya, mengutip AlJazeera.
"Untuk mencapai perdamaian abadi, NRF siap menghentikan pertempuran dengan syarat bahwa Taliban juga menghentikan serangan dan gerakan militer mereka di Panjshir dan Andarab," imbuhnya, merujuk pada sebuah distrik di provinsi tetangga, Baghlan.
Lebih lanjut, Massoud menyebut sebuah pertemuan besar dari semua pihak dengan majelis ulama bisa diadakan.
Kendati demikian, tidak ada tanggapan segera dari pihak Taliban.
Di hari yang sama, juru bicara NRF mengatakan terjadi bentrokan hebat di Lembah Panjshir, Minggu.
Menurut NRF, mereka mengepung "ribuan teroris" di Khawak Pass dan Taliban meninggalkan kendaraan serta peralatan di daerah Dashte Rewak.
“Sumber di lembah (Panjshir) mengatakan NRF mengklaim telah menangkap sekitar 1.500 Taliban. Rupanya, para pejuang ini dikepung," terang wartawan AlJazeera, Charles Stratford.
“Ada kekhawatiran yang berkembang tentang sekitar 150.000-200.000 orang di dalam lembah. Semua komunikasi terputus."
"Kami juga tahu bahwa Taliban juga telah memutus aliran listrik, jadi sangat sulit untuk mendapatkan verifikasi independen tentang apa yang sebenarnya terjadi, tuturnya.
Namun, juru bicara Taliban, Bilal Karimi, mengatakan bahwa pasukan mereka telah berjuang masuk ke ibu kota provinsi, Bazarak, dan telah merebut sejumlah besar senjata serta amunisi.
Baca juga: Afghanistan: Taliban bubarkan protes kaum perempuan di Kabul
Baca juga: Warga Amerika di Afghanistan Diburu Pejuang Taliban, Didatangi dari Pintu ke Pintu
Tentang Kelompok Panjshir
Lembah Panjshir yang terletak di wilayah Afghanistan timur ini menjadi markas bagi Front Perlawanan Nasional (NRF).
NRF berisi orang-orang dari berbagai etnis, mereka memiliki latar belakang seorang milisi atau mantan anggota pasukan keamanan Afghanistan.
Dilaporkan NRF memiliki anggota ribuan orang.
Sejumlah foto yang dirilis minggu ini menunjukkan NRF sebagai kelompok yang terorganisir, bersenjata lengkap, dan terlatih.
Kelompok ini dipimpin Ahmad Massoud, putra dari tokoh pemimpin Afghanistan yang berhasil memukul mundur pasukan Uni Soviet, yakni Ahmad Shah Massoud.
Dalam perjuangannya selama Perang Soviet-Afghanistan, Ahmad Shah Massoud kemudian dijuluki 'Singa Panjshir'.
Selain menahan invasi Soviet pada 1980-an, Ahmad Shah Massoud juga memimpin sayap militer pemerintah melawan milisi Taliban.
Adapun putranya, Ahmad Massoud (32), merupakan lulusan King's College London dan Akademi Militer Sandhurst.
Kini Ahmad Massoud bersama pasukan perlawanan di Lembah Panjshir bertekad meneruskan jejak ayahnya untuk mengalahkan Taliban.
Baca juga: Pejabat Senior Taliban: Wanita Tidak Dimasukkan ke Pemerintahan Baru Afghanistan
Baca juga: Tolak Taliban dan Lakukan Perlawanan, Pejuang Perlawanan Panjshir Dipimpin Putra Tokoh Afghanistan
Ahmad melakukan berbagai upaya, salah satunya meminta bantuan kepada pemerintah dalam negeri maupun luar negeri.
Awal tahun ini, Ahmad bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang diduga membicarakan rencana membentuk sekutu internasional ketika penarikan pasukan AS semakin dekat saat itu.
Dalam sebuah wawancara dengan CNN, Massoud memperingatkan bahwa Taliban tidak berubah.
Dia dan pejuangnya percaya "bahwa demokrasi, hak, dan kebebasan semua warga negara tanpa memandang ras dan jenis kelamin harus dipertahankan."
Sebagian rtikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Tolak Taliban dan Lakukan Perlawanan, Pejuang Perlawanan Panjshir Dipimpin Putra Tokoh Afghanistan
Baca artikel terkait konflk di Afghanistan
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Ika Nur Cahyani)