Para menteri dituduh apatis dan terperosok dalam kelambatan dan ketidakjelasan selama krisis evakuasi.
Kekacauan itu dipicu oleh laporan di media lokal bahwa duta besar Belanda telah memohon kepada pemerintah sejak Maret 2020 untuk melakukan persiapan, tetapi para menteri hanya memutuskan dua hari sebelum jatuhnya Kabul.
Baca juga: Taliban Kritik AS karena Setop Bantuan Afghanistan: Alih-alih Berterima Kasih, Aset Kami Dibekukan
Baca juga: Taliban Sita Uang Tunai Rp176 Miliar dan Emas Milik Mantan Pejabat Afghanistan
Bencana itu telah membangkitkan kenangan pahit di Belanda tentang kegagalan kebijakan luar negeri lainnya, ketika pasukan penjaga perdamaian Belanda gagal mencegah pembantaian Srebrenica 1995 selama Perang Bosnia.
Penyiar Belanda NOS mengatakan akan sangat sulit bagi Kaag untuk tetap bertahan, mengingat bahwa setelah pemilihan dia telah membuat seruan kuat untuk perubahan politik.
Kaag sendiri telah meminta Rutte untuk mengundurkan diri pada bulan April setelah dia juga dikutuk oleh parlemen atas klaim dia berbohong tentang pembicaraan koalisi.
Tetapi Rutte memutuskan untuk tetap bertahan.
(Tribunnews.com/Yurika)