News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik di Afghanistan

Keluarga Korban Serangan Drone di Afghanistan Minta AS Tanggung Jawab: Kami Tidak Bersalah

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Serangan pesawat tak berawak di Kabul akibatkan 10 warga sipil tewas.

TRIBUNNEWS.COM - Keluarga dari 10 korban meninggal atas serangan pesawat tak berawak AS di Kabul, Afghanistan menuntut pertanggungjawaban lebih daripada sekedar minta maaf.

Aimal Ahmadi merupakan ayah dari bocah perempuan berusia 3 tahun bernama Malika yang terbunuh oleh serangan AS pada 29 Agustus lalu.

Drone itu menghantam mobil kakak laki-lakinya yang juga menjadi korban.

Kepada Al Jazeera, Ahmadi mengatakan bahwa keluarganya menuntut Washington untuk menyelidiki orang yang mengirim serangan itu, Sabtu (18/9/2021). 

Baca juga: Pentagon Akui Serangan Drone Tewaskan 10 Warga Sipil, Bukan Anggota Militan IS-K

Baca juga: Taliban Bubarkan Kementerian Urusan Perempuan di Afghanistan

Serangan pesawat tak berawak di Kabul, Afghanistan. (bbc.com)

"Saya kehilangan 10 anggota keluarga saya. Saya ingin keadilan dari Amerika Serikat dan organisasi lain," katanya.

"Kami adalah orang-orang yang tidak bersalah, kami tidak melakukan kesalahan apapun," ujar Ahmadi.

Menurut laporan Al Jazeera, di lokasi ledakan terlihat mainan yang berserakan.

Diberitakan sebelumnya, serangan yang dilancarkan AS untuk membalas bom bunuh diri dari ISIS-K ternyata menewaskan 10 warga sipil di Kabul.

Pentagon pada Jumat (17/9/2021) lalu mengakui bahwa pesawat tak berawak itu membunuh 10 warga, 7 diantaranya anak-anak.

Berbicara kepada kantor berita The Associated Press, Ahmadi mengatakan AS harus menghukum personel militer yang bertanggung jawab atas serangan itu.

"Itu tidak cukup bagi kami untuk meminta maaf," kata Ahmadi.

"AS harus menemukan orang yang melakukan ini."

Organisasi berita melaporkan, orang yang disasar oleh pesawat tak berawak AS ternyata adalah pekerja di organisasi kemanusiaan bernama Zemerai Ahmadi.

Terkait kecurigaan Pentagon soal adanya bahan peledak di dalam mobil milik Zemerai Ahmadi, media melaporkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung kecurigaan tersebut.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini