Ia menetapkan semua pemerintahan diambil alih oleh laki-laki.
Langkah-langkah itu mengingatkan kembali pada pemerintahan Taliban sebelumnya di Afghanistan pada akhir 1990-an, ketika mereka memberlakukan interpretasi keras mereka terhadap hukum Islam, atau Syariah.
Afghanistan Diambang Kehancuran
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan bahwa sistem kesehatan Afghanistan berada di ambang kehancuran dan perlu dilakukan tindakan darurat.
Pernyataan itu menyusul kunjungan WHO Ke Kabul yang dipimpin oleh direktur jenderal badan tersebut, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Mereka bertemu dengan para pemimpin Taliban dan lainnya.
“Negara ini akan segera menghadapi bencana kemanusiaan,” bunyi pernyataan itu.
Afghanistan tidak memiliki dana fasilitas kesehatan untuk pasokan medis dan menggaji staf kesehatan.
Baca juga: Pidato Sidang Umum PBB, Jokowi Singgung Marginalisasi Perempuan di Afghanistan hingga Krisis Myanmar
Baca juga: Aktivis Hak-Hak Perempuan Afghanistan: Jangan Tertipu Topeng Taliban
“Banyak fasilitas yang sudah tidak beroperasi atau ditutup, memaksa penyedia layanan kesehatan membuat keputusan sulit tentang siapa yang harus diselamatkan dan siapa yang harus mati,” kata WHO.
WHO juga menekankan perlunya perempuan untuk mempertahankan akses ke pendidikan, perawatan kesehatan, dan tenaga kerja kesehatan.
Koordinator bantuan PBB, Martin Griffiths, mengeluarkan $45 juta dalam bentuk bantuan penyelamatan jiwa dari dana darurat PBB, Rabu (22/9/2021).
"Membiarkan sistem pengiriman perawatan kesehatan Afghanistan berantakan hanya akan menjadi bencana," kata Griffiths.
“Orang-orang di seluruh negeri akan sulit mendapatkan perawatan kesehatan primer seperti operasi caesar darurat dan perawatan trauma,” pungkasnya.
(Tribunnews.com/Yurika)