TRIBUNNEWS.COM, YANGON - Militer Myanmar melancarkan serangan udara pada akhir pekan setelah bentrokan dengan pejuang yang menentang junta di wilayah Sagaing.
Dilansir dari The Straits Times, portal berita DVB melaporkan bahwa serangan udara terjadi ketika tentara melancarkan serangan di daerah Pinlebu di Sagaing di barat laut Myanmar.
Menurut DVB, warga mendengar pesawat dan ledakan pada Sabtu (25/9/2021) malam sebelum saluran telepon dan internet mati.
Seorang anggota Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) di Pinlebu, berbicara dari luar daerah, juga mengkonfirmasi melalui telepon bahwa serangan udara telah terjadi.
Tetapi ia mengatakan tidak ada korban di antara kelompoknya.
Baca juga: Bentrok Milisi dan Militer Myanmar di Perbatasan India: Rumah Warga Dibakar, 10 Ribu Orang Mengungsi
Baca juga: PBB Tak Bisa Mengatasi Junta Myanmar karana Militer Dapat Dukungan dari China dan Rusia
"Kami tidak dapat menghubungi mereka karena internet dan saluran telepon padam," kata aktivis, yang menolak disebutkan namanya, tentang rekan-rekan oposisinya.
Informasi ini tidak dapat diverifikasi secara independent oleh Reuters, dan juru bicara militer tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar.
Myanmar berada dalam krisis sejak tentara merebut kekuasaan pada 1 Februari, membatalkan kemenangan partai Liga Nasional Demokrasi pimpinan Aung San Suu Ky dalam pemilihan umum.
Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), sebuah pemerintahan bayangan yang dibentuk oleh anggota parlemen yang digulingkan dan lainnya yang menentang junta, mengatakan gudang senjata termasuk granat berpeluncur roket, senjata kecil dan peluru telah disita dalam pertempuran itu.
Dikatakan, lebih dari 25 tentara pemerintah telah tewas.
Baca juga: Milisi Bentrok dengan Militer setelah NUG Deklarasikan Perang Lawan Junta Myanmar, 20 Orang Tewas
Baca juga: Oposisi Junta Myanmar Klaim Telah Dapat Dukungan dari Sejumlah Negara
Terjadi peningkatan pertumpahan darah di daerah seperti Sagaing setelah gerakan bawah tanah NUG menyatakan pemberontakan pada 7 September dan meminta PDF untuk menargetkan junta dan asetnya.
Sebelumnya dalam konflik, militer terkadang menutup internet, terutama di kota-kota, dalam upaya untuk mengekang demonstrasi.
Portal berita Myanmar Now mengutip penduduk dan anggota PDF bahwa , militer sejak Kamis (23/9/2021) telah memutus akses internet di 11 distrik yang dilanda konflik di Negara Bagian Chin dan di wilayah Magway.
Pekan lalu, ribuan orang melarikan diri dari Kota Thantlang di Chin Stat, yang berbatasan dengan India, setelah pertempuran di mana seorang pendeta Kristen di antara mereka yang tewas.
Beberapa kelompok milisi juga mengaku bertanggung jawab atas ledakan sejumlah menara telekomunikasi yang dijalankan oleh Mytel, sebuah perusahaan yang sebagian dikendalikan oleh tentara.
Baca juga: Militer Myanmar Tangkap 2 Jurnalis yang Dianggap Sebarkan Informasi Palsu dan Hasut Warga untuk Demo
Baca juga: AS Bongkar Rencana Pembunuhan Dubes Myanmar untuk PBB yang Anti-Junta, Dua Orang Ditangkap
Pengawas demokrasi yang berbasis di AS Freedom House mengatakan dalam sebuah laporan yang diterbitkan pekan lalu bahwa kebebasan internet merosot 14 poin di Myanmar.
Ini merupakan penurunan tahunan terbesar yang pernah tercatat dalam skala 100 poin setelah militer mengambilalih kekuasaan. (Tribunnews.com/TST/Hasanah Samhudi)