Tetapi Monika Rueegger, seorang politisi dari Partai Rakyat Swiss sayap kanan dan penentang tindakan itu, mengatakan anak-anak dan ayah adalah pihak yang dirugikan.
"Ini bukan tentang cinta dan perasaan," katanya.
"Itu tentang kesejahteraan anak-anak."
Mengapa Ada Referendum?
Peratuan untuk pasangan sesama jenis telah diperdebatkan selama bertahun-tahun.
Pertama kali diusulkan oleh Liberal Greens pada 2013 dan anggota parlemen Swiss menyetujuinya Desember lalu.
Tetapi, partai-partai konservatif mengumumkan mereka akan melawan tindakan itu dengan sebuah referendum.
Baca juga: Pernyataan Bersama Pimpinan Quad yakni AS, Jepang, Australia dan India
Baca juga: China Larang Semua Transaksi Kripto, Janji Membasmi Penambangan Aset Digital
Di bawah Konstitusi Swiss, setiap keputusan parlemen dapat diajukan ke referendum asalkan setidaknya 50.000 warga menandatanganinya.
Referendum tentang pernikahan sesama jenis datang dari Demokrat Federal Union (UDF), sebuah partai mikro evangelis, dengan dukungan dari Uni Demokratik Center (UDC), sebuah partai populis yang merupakan bagian dari koalisi yang berkuasa.
"Perbedaan utama adalah bahwa di Swiss, dengan referendum, ini adalah kelima kalinya penduduk dikonsultasikan tentang masalah LGBT."
"Tidak ada komunitas LGBT Eropa [Barat] lainnya yang harus menghadapi pendapat penduduk tentang legitimasinya, tentang haknya," kata seorang pakar kepada Euronews.
Dia mengatakan, penentang hal LGBT sudah sering membuat referendum namun kalah.
"Penentang hak-hak LGBT sering membuat referendum dan mereka selalu kalah," tambahnya.
(Tribunnews.com/Yurika)