News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

CEO Pfizer Prediksi Kehidupan Normal akan Kembali Tahun Depan, Mungkin Dibutuhkan Vaksinasi Tahunan

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

CEO Pfizer Albert Bourla

Dilansir Nikkei Asia, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kepada media awal September lalu bahwa dia "tidak akan tinggal diam ketika perusahaan dan negara yang mengendalikan pasokan vaksin global berpikir orang miskin di dunia harus puas dengan sisa vaksin."

Hasil Studi tentang Dosis Ketiga

Sementara itu, sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet pada hari Senin (13/9/2021) oleh para ahli vaksin internasional, juga menekankan dua suntikan reguler masih memberikan perlindungan yang kuat terhadap COVID-19 yang parah.

"Oleh karena itu, bukti saat ini tampaknya tidak menunjukkan perlunya tambahan dosis pada populasi umum, di mana kemanjuran terhadap penyakit parah tetap tinggi," tulis penelitian itu.

Negara-negara yang Tetap Berlakukan Dosis Ketiga/Booster

Namun demikian, peringatan suntikan booster dari WHO sebagian besar diabaikan.

Israel, Prancis, dan negara-negara Barat lainnya telah mulai memberikan atau setidaknya membuat rencana untuk suntikan booster.

Pada bulan Juli lalu, Indonesia mulai memberikan suntikan booster kepada petugas kesehatan, menggunakan vaksin Moderna yang disumbangkan oleh AS melalui fasilitas COVAX WHO.

Kamboja, di mana lebih dari 50% populasinya telah menerima dua dosis, mulai menawarkan dosis ketiga bulan lalu.

Thailand juga bermaksud untuk mulai memberikan booster pada bulan Oktober, terutama untuk orang-orang yang memiliki dua suntikan Sinovac antara bulan Maret dan Mei.

Korea Selatan juga mempertimbangkan suntikan ketiga dengan vaksin Pfizer atau Moderna bulan depan, dengan selang waktu enam bulan dari suntikan kedua.

Di China, suntikan booster masih dalam pertimbangan.

Tetapi pihak berwenang telah menempatkan petugas kontrol perbatasan dan perawatan kesehatan dalam kelompok berisiko tinggi yang dianggap sebagai kandidat utama untuk suntikan tambahan.

Di Jepang, kepala panel ahli COVID-19 pemerintah mengatakan pengganti Perdana Menteri Yoshihide Suga harus segera mempertimbangkan booster.

India, sementara itu, sedang mempelajari masalah ini tetapi tetap tidak berkomitmen.

V. K. Paul, penasihat utama pemerintah India untuk COVID-19, mengatakan kepada wartawan awal bulan ini bahwa pertanyaan tentang apakah booster diperlukan masih "belum pasti" secara global.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Berita lainnya seputar booster vaksin Covid-19

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini