TRIBUNNEWS.COM - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO minggu lalu mengumumkan program vaksinasi besar-besaran terhadap malaria, Stat News melaporkan.
Program vaksinasi pertama terhadap penyakit ini dimaksudkan untuk mencegah jutaan anak terinfeksi dan ribuan lainnya meninggal akibat malaria.
WHO merekomendasikan penggunaan vaksin RTS,S/AS01 (Mosquirix) untuk anak-anak yang paling berisiko terinfeksi malaria di Afrika.
Malaria ditularkan kepada manusia melalui nyamuk.
Dilansir weforum.org, nyamuk menyebarkan parasit Plasmodium falciparum dari orang ke orang dengan gigitan.
Selama ini, cara melawan malaria hanya berupa pertahanan diri dari nyamuk seperti memakai kelambu maupun penyemprotan obat nyamuk.
Baca juga: Menkes Pastikan Venue PON XX Papua Difogging untuk Cegah Malaria
Baca juga: WHO Beri Sertifikasi Bebas Malaria Kepada China Setelah 70 Tahun Berjuang Hadapi Wabah
Obat untuk mencegah atau mengobati infeksi malaria kemudian dibuat.
Namun, parasit telah mengembangkan ketahaan terhadap obat antimalaria dan nyamuk pun telah mengembangkan resistensi terhadap insektisida.
Berdasarkan data WHO, pada tahun 2019, infeksi malaria mengakibatkan 409.000 kematian di seluruh dunia, sebagian besar terjadi pada anak di bawah lima tahun. Ada pula 229 juta kasus malaria baru.
Maka, dibutuhkan alat tambahan, yaitu vaksin, untuk mengendalikan penyakit ini secara global.
Rekomendasi WHO untuk meluncurkan vaksin Mosquirix kepada anak-anak yang berisiko tinggi terinfeksi P. falciparum, yang tersebar luas di Afrika, disebut merupakan langkah penting untuk mengendalikan malaria yang mematikan.
Masih dikutip dari weforum.org, ini 5 hal yang perlu diketahui tentang vaksin malaria baru.
1. Rekomendasi WHO
WHO merekomendasikan empat dosis vaksin Mosquirix pada anak-anak dari usia lima bulan.
Rekomendasi ini berdasarkan hasil terbaru dari program percontohan di Ghana, Kenya dan Malawi, yang melibatkan vaksinasi lebih dari 800.000 anak sejak 2019.
Program tersebut menunjukkan bahwa pengiriman vaksin dapat dilakukan dengan layak dan hemat biaya di daerah berisiko tinggi.
Vaksin ini memiliki profil keamanan yang baik dan mengurangi kasus malaria klinis dan parah, yang dapat berujung kematian.
2. Tentang Vaksin Mosquirix
Mosquirix adalah vaksin "subunit".
Artinya, vaksin ini hanya mengandung sebagian kecil parasit malaria, yang diproduksi sebagai protein sintetis.
Protein ini digabungkan dengan "adjuvant", sebuah molekul yang dirancang untuk merangsang respons imun yang kuat.
Vaksin bekerja terutama dengan merangsang tubuh untuk membuat antibodi terhadap parasit, kemudian menetralkannya, dan mencegahnya memasuki sel-sel hati.
Sel-sel hati adalah sel pertama yang diserang parasit ini ketika memasuki tubuh.
Vaksin ini juga bekerja dengan membantu meningkatkan respons peradangan, ketika bagian lain dari sistem kekebalan merespons.
3. Vaksin Tidak Sempurna
Tingkat perlindungan yang diberikan vaksin tidaklah sempurna.
Perlindungan bervariasi terhadap usia anak saat divaksinasi.
Bahkan perlindungan menjadi lebih sedikit terhadap bayi dibandingkan dengan anak yang lebih tua.
Pada anak yang lebih tua (5-17 bulan), rata-rata perlindungan sekitar 36% terhadap berkembangnya malaria klinis selama periode empat tahun.
Kekebalan protektif juga menurun dengan cepat dari waktu ke waktu.
Ini berarti, dosis booster reguler akan diperlukan.
Jadwal imunisasi alternatif juga sedang dievaluasi.
Namun, vaksin masih dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengendalian malaria bila digunakan di daerah dengan risiko malaria tinggi dan dengan tindakan pengendalian lainnya.
Satu studi pemodelan memperkirakan bahwa di Afrika sub-Sahara, Mosquirix dapat mencegah hingga 5,2 juta kasus malaria dan 27.000 kematian pada anak kecil setiap tahun.
4. Kendala Pembuatan Vaksin Malaria
Mengembangkan vaksin malaria merupakan tantangan.
Secara teknis, sulit untuk mengembangkan vaksin melawan parasit yang hidup di dua inang (nyamuk dan manusia).
Ada pula minat terbatas dari perusahaan farmasi dalam mengembangkan vaksin malaria.
Meskipun para pelancong akan mendapat manfaat dari vaksin ketika bepergian ke negara-negara yang terkena dampak, orang-orang yang paling membutuhkan vaksin malaria tinggal di beberapa negara termiskin di dunia.
Jadi ada masalah pendanaan untuk mengembangkan vaksin.
Mosquirix adalah hasil penelitian lebih dari 30 tahun yang diciptakan melalui kemitraan antara GlaxoSmithKline (GSK) dan Institut Penelitian Angkatan Darat Walter Reed di AS.
Kerangka waktu ini tidak lama mengingat desain antigen dan sistem ajuvannya terbilang baru.
Yayasan Bill & Melinda Gates dan GSK mendukung pengembangan lebih lanjut, termasuk mengevaluasi vaksin dalam uji klinis.
Selama tiga dekade, mereka menginvestasikan sekitar US$700.000 juta untuk mengembangkan vaksin.
5. Langkah Selanjutnya
Versi Mosquirix saat ini tidaklah diharapkan menjadi versi satu-satunya.
Vaksin modifikasi baru, yang disebut R21, menujukkan hasil yang menggembirakanndalam penelitian.
Vaksin malaria lain yang sedang dikembangkan termasuk vaksin dengan parasit utuh.
Vaksin tersebut menggunakan seluruh parasit malaria yang telah dibunuh atau diubah sehingga tidak dapat menyebabkan infeksi malaria tetapi masih dapat merangsang respon imun.
Vaksin pasif juga sedang diselidiki, yaitu dengan menyuntikkan antibodi tahan lama untuk mencegah infeksi malaria.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)