TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Sebuah artikel yang terbit dalam tabloid Inggris 'The Sun' mengklaim mata-mata Rusia telah mencuri formula vaksin virus corona (Covid-19) Oxford-AstraZeneca untuk digunakan negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu.
Juru Bicara Gedung Kremlin, Dmitry Peskov menyebut tudingan tersebut 'sangat tidak ilmiah'.
"The Sun adalah surat kabar yang memang sangat terkenal, tapi juga sangat tidak ilmiah. Ya kita mungkin menganggap publikasinya pun sama tidak ilmiahnya," kata Peskov.
Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (12/10/2021), The Sun menerbitkan artikel pada 10 Oktober lalu yang mengklaim Dinas Keamanan Inggris meyakini bahwa mata-mata Rusia telah 'menyalin blueprint' untuk vaksin AstraZeneca.
Kendati demikian, surat kabar itu tidak mengungkapkan sumber yang menjadi dasar dari klaimnya tersebut.
The Sun juga tidak menjelaskan bukti apa yang diduga membuat lembaga Inggris itu mencurigai Rusia.
Perlu diketahui, hanya satu vaksin yang menggunakan prinsip yang sama dengan AstraZeneca, yakni vaksin Rusia yang diklaim menjadi yang pertama terdaftar di dunia, Sputnik V.
Baca juga: Koktail Antibodi AstraZeneca Diklaim Kurangi Risiko Kematian Akibat Covid-19
Kedua obat tersebut menggunakan vektor virus untuk mengirimkan informasi DNA tentang protein lonjakan virus corona, sebuah teknologi yang telah dikenal para ilmuwan selama beberapa dekade.
Teknologi ini dipelajari secara baik oleh para spesialis selama era Soviet serta digunakan dalam vaksin sebelum Sputnik V di Rusia.
Pada saat yang sama, kedua obat tersebut menggunakan virus yang berbeda sebagai vektornya.
Vaksin AstraZeneca yang dikembangkan bersama oleh Universitas Oxford dan perusahaan Inggris-Swedia AstraZeneca menggunakan adenovirus simpanse yang dimodifikasi sebagai metode pengiriman, sedangkan Gamaleya yang mengembangkan Sputnik V memilih adenovirus manusia yang lebih banyak dipelajari.
Selanjutnya, kedua obat tersebut menunjukkan tingkat efektivitas yang berbeda dalam uji cobanya.
Vaksin Rusia melaporkan efektivitas rata-rata mencapai 91,6 persen, sedangkan AstraZeneca menunjukkan efektivitas 81,3 persen.