Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Perekonomian Jepang semakin berat dibandingkan 20 tahun lalu di mana kontrol inflasi masih bisa dikendalikan sehingga utang obligasi pemerintah masih bisa ditekan lebih lanjut.
"Berat memang beban perekonomian Jepang saat ini dengan obligasi (surat utang pemerintah) sebesar 1.216 triliun yen yang berarti 256,2 persen dari GDP," papar Keiichi Kaya (52), ahli ekonomi Jepang, Selasa (19/10/2021).
Keiichi Kaya (52) adalah lulusan Universitas Tohoku yang pernah menjadi konsultan pemerintah Jepang.
Menurut Keiichi Kaya, sekitar 20 tahun lalu inflasi di Jepang masih bisa terkendali sehingga beban berat utang masih bisa dikendalikan dengan baik.
"Namun kini dengan munculnya pandemi corona, serta kesulitan kehidupan masyarakat Jepang saat ini perlu dibantu dengan berbagai subsidi, semakin menambah beban berat perekonomian Jepang, sehingga surat utang tampaknya harus diterbitkan lebih banyak lagi," tambahnya.
Belum lagi dengan perdagangan ekspor impor yang masih lesu, serta friksi perdagangan di luar negeri, termasuk kenaikan harga minyak saat ini, semakin menyulitkan posisi perekonomian Jepang.
"Memang umumnya utang tersebut beredar kebanyakan di dalam negeri Jepang sehingga banyak terbantu pemerintah dalam mengelola perekonomian saat ini. Meskipun demikian tetap saja perekonomian sudah harus lebih hati-hati," ujarnya.
Dibandingkan dengan Yunani yang utang pemerintahnya 90 persen dipegang negara lain, begitu terjadi krisis ekonomi mengakibatkan kehancuran perekonomian negara tersebut dengan cepat.
Sebaliknya utang pemerintah Jepang mayoritas sekitar 80 persen lebih berada di dalam negeri Jepang.
Obligasi dibeli oleh masyarakat Jepang sendiri, sehingga meskipun utangnya 256 persen dari pendapatan kotornya (GDP) masih dapat dikatakan perekonomian Jepang masih aman dan solid hingga saat ini.
Baca juga: Pasukan Anti Yakuza Jepang Patroli Lagi di Pusat Kota Kitakyushu
Selain itu jumlah tabungan para warga Jepang juga tinggi sekali sekitar 14 triliun dolar AS di mana 7 triliun dolar AS di perbankan dan sisanya di bank pos (Japan Post).
Keiichi Kaya (52) kelahiran Kota Sendai Miyagi di utara Jepang.
Setelah lulus dari Departemen Teknik Nuklir, Fakultas Teknik, Universitas Tohoku, ia bergabung dengan Nikkei BP sebagai reporter.
Bergabung dengan perusahaan pengelola dana investasi dari Nomura Securities Group, dan bertanggung jawab atas evaluasi perusahaan dan operasi investasi.
Setelah berdiri sendiri, bergerak di bidang jasa konsultasi untuk kementerian pusat dan lembaga keuangan yang berafiliasi dengan pemerintah.
Saat ini dia menulis di berbagai bidang seperti ekonomi, keuangan, bisnis, dan IT, dan telah diserialkan di berbagai majalah seperti Newsweek, Hyundai Business, dan IT Media Business Online.
Ia adalah seorang komentator dan panelis di TV dan radio.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.