TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia mendorong dilakukannya kerjasama antar negara-negara penghasil minyak nabati di dunia secara berkelanjutan, dan menolak adanya diskriminasi.
Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Mahendra Siregar mengatakan, tidak bisa tidak kondisi dari minyak nabati dunia akan mengalami peningkatan permintaan yang akan terus berlangsung dalam 10 - 20 tahun kedepan.
“Tidak bisa terelakan karena jumlah populasi dunia akan meningkat terus, jumlah pendapatan populasi dunia juga akan semakin tinggi, sehingga permintaan akan minyak nabati semakin meningkat,” kata Mahendra secara virtual dari Abu Dhabi, Rabu (20/10/2021).
Baca juga: Kenaikan Harga Minyak Dunia Dongkrak Penerimaan Negara Sebesar Rp 136,8 Triliun
Mahendra menegaskan tidak pada tempatnya antar sesama produsen minyak nabati bersaing yang menyebabkan adanya diskriminasi dan merugikan.
Padahal jika bekerja sama justru akan menuju pada produksi pemulihan yang berkelanjutan.
“Untuk bisa melihat secara menyeluruh dan holistic, seimbang dan tidak diskriminatif yang diusulkan adalah menggunakan platform pembangunan berkelanjutan atau SDGs,” ujarnya.
Baca juga: Gudang Penyulingan Minyak Ilegal di Muarojambi Terbakar, Polisi Selidiki Penyebabnya
Sebagaimana diketahui, minyak nabati atau dalam hal ini minyak kelapa sawit Indonesia cenderung mendapatkan diskriminasi dari Uni Eropa.
Padahal, dibandingkan dengan negara penghasil minyak nabati besar lainnya, Indonesia memiliki luas pertanian terendah ke-2 dibandingkan dengan luas daratan setelah Malaysia.