"Tidak seorang pun seharusnya terbunuh oleh senjata di lokasi syuting," tulisnya.
Sembilan tahun sebelum kematian Lee, aktor Jon-Erik Hexum secara tidak sengaja menembak dirinya sendiri di lokasi syuting "Cover Up" pada tahun 1984.
Menurut Newsweek, Hexum sedang bermain-main dengan senjata properti.
Ia bercanda dengan mengarahkan senjata api ke kepalanya lalu menarik pelatuk.
Peluru kosong langsung mengenai tengkoraknya, menyebabkan patah tulang yang menyebabkan pendarahan serius di otaknya.
Hexum meninggal enam hari kemudian.
Pembuat film menyerukan diakhirinya penggunaan peluru kosong dalam senjata api properti setelah kematian Hutchins
Selain memberi penghormatan kepada Hutchins setelah kematiannya yang tak terduga, banyak pembuat film mengatakan sudah saatnya untuk berhenti menggunakan peluru kosong di senjata properti untuk syuting film.
Craig Zobel, sutradara "Mare of Easttown," menulis cuitan pada hari Jumat bahwa senjata dengan peluru kosong "seharusnya dilarang sepenuhnya."
"Ada komputer sekarang. Tembakan di Mare of Easttown semuanya digital," kata sutradara.
"Kamu mungkin tahu, tapi siapa yang peduli? Itu risiko yang tidak perlu."
Rachel Morrison, yang pada tahun 2017 terkenal sebagai sinematografer wanita pertama yang pernah dinominasikan untuk Oscar, menulis di Instagram Story-nya.
Ia mengungkapkan, "tidak ada alasan yang masuk akal untuk terus menggunakan peluru kosong, hanya butuh biaya 50c untuk menambahkan efek tembakan dalam pengeditan pasca-produksi."
"Saya sangat marah atas kehilangan yang tidak perlu dan sebenarnya dapat dicegah ini," tulisnya.
Morrison menambahkan: "Juga jika Anda tidak memiliki cukup dana untuk membuat film dengan aman, Anda seharusnya tidak membuatnya."
"Tidak ada pengambilan gambar, tidak ada adegan, dan tidak ada film yang layak kehilangan nyawa."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)