Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WINDHOEK - Namibia akhirnya memutuskan untuk menghentikan penggunaan vaksin covid-19 merek Sputnik V.
Negara di benua Afrika itu mengumumkan Sabtu kemarin bahwa para ahli kesehatan dan pejabat pemerintah telah mempelajari laporan efek negatif dari vaksin buatan Rusia itu, hingga memutuskan untuk menghentikan penggunaannya.
"Keputusan ini di luar dari kewaspadaan kami bahwa laki-laki yang menerima Sputnik V mungkin berisiko lebih tinggi tertular HIV," kata Kementerian Kesehatan Namibia dalam sebuah pernyataan.
Dikutip dari laman Wionews, Minggu (24/10/2021), penghentian penggunaan vaksin ini di Namibia terjadi beberapa hari setelah Otoritas Pengaturan Produk Kesehatan Afrika Selatan (SAHPRA) menyatakan mereka tidak akan menyetujui vaksin Sputnik V Rusia.
Baca juga: WHO Konfirmasi Sputnik V Kini Masuk Tahap Akhir untuk Dapat Izin Darurat
Baca juga: WHO Sebut Proses Persetujuan Sputnik V Akan Dibereskan
SAPHRA mengklaim bahwa Sputnik V membawa risiko peningkatan infeksi HIV di antara laki-laki.
"Penggunaan vaksin Sputnik V di Afrika Selatan, dengan prevalensi dan insiden HIV yang tinggi, dapat meningkatkan risiko laki-laki yang divaksinasi tertular HIV," kata SAHPRA dalam sebuah pernyataan.
Mengetahui laporan ini, pabrikan Rusia, Gamaleya Centre telah membantah dan menyebut klaim tersebut 'tidak berdasar', sambil bersumpah untuk membawa bukti demi membuktikan bahwa hasil penelitian SAPHRA adalah hal yang keliru.
Mengenai pengumuman sebelumnya yang mendorong keputusan Namibia, kata Gamaleya, harus dicatat SAHPRA telah mengkonfirmasi bahwa tinjauan bergulir Sputnik V berlanjut.
"Semua informasi yang diperlukan untuk mengkonfirmasi bahwa kekhawatiran tentang keamanan vaksin bervektor Ad5 diantara mereka yang terinfeksi HIV dan pada populasi yang berisiko terinfeksi HIV sama sekali tidak berdasar dan tidak berdasar akan diserahkan kepada regulator Afrika Selatan," kata Gamaleya dalam sebuah pernyataan.
Gamaleya kembali menekankan bahwa adenovirus, termasuk ad-5 adalah salah satu penyebab flu biasa ringan yang paling sering dialami oleh semua orang.
Baca juga: Saat FDA Setujui Booster Mix and Match, Rusia Klaim Sputnik V Jadi Pelopor Metode Ini
"Tidak ada bukti peningkatan risiko infeksi HIV diantara populasi manusia setelah flu biasa atau konjungtivitis. Tidak ada bukti ilmiah atau klinis apapun yang mengkonfirmasi hubungan adenovirus tipe liar atau vektor adenovirus cacat replikatif dengan peningkatan risiko infeksi HIV pada kelompok berisiko tinggi," jelas Gamaleya.
Gamaleya juga membantah alasan penghentian vaksin yang dilakukan Namibia dan mengatakan bahwa Sputnik V tetap menjadi salah satu vaksin teraman dan paling efisien dalam melawan Covid-19 yang digunakan secara global.
Hal itu karena 250 uji klinis dan 75 publikasi internasional telah membuktikan bahwa vaksin tersebut aman untuk digunakan melawan virus corona.
Perlu diketahui, Afrika Selatan dan Namibia kemungkinan juga mengambil keputusan itu karena didasarkan pada tingginya tingkat prevalensi HIV pada dua negara Afrika ini.