TRIBUNNEWS.COM - Serangan siber besar-besaran melumpuhkan pompa bensin (SPBU) di seluruh Iran pada Selasa (26/10/2021) dan menimbulkan antrean sangat panjang.
Tidak ada kelompok yang segera mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Serangan ini membuat kartu elektronik (kartu pintar) yang dikeluarkan pemerintah yang digunakan banyak orang Iran untuk membeli bahan bakar bersubsidi di SPBU menjadi tidak berguna.
Televisi pemerintah dan media yang dekat dengan aparat keamanan negara mengatakan pemerintah sedang menyelidiki asal usul peretas, Selasa (27/10/2021).
Ribuan SPBU menjadi offline mulai sebelum tengah hari, tetapi penyebabnya belum dikonfirmasi sebagai serangan siber hingga di kemudian hari.
Baca juga: Warga Inggris Antre Beli Bensin di SPBU, Ada Apa?
Baca juga: Inggris Krisis Energi, Mobil Mewah Cristiano Ronaldo Tak Kebagian Bensin Meski Sudah Antre 7 Jam
Setelah beberapa jam, beberapa SPBU di seluruh negeri kembali menawarkan layanan.
Layanan dilakukan secara offline dengan tarif terbuka yang dua kali lipat dari tarif bersubsidi yang ditawarkan melalui kartu bahan bakar pintar yang dijatah.
Para pejabat mengatakan semua pompa bensin akan segera kembali online.
Iran telah mengalami beberapa serangan sabotase tingkat tinggi baru-baru ini, termasuk dua serangan terhadap fasilitas nuklir utamanya di Natanz.
Serangan besar-besaran terjadi tak lama sebelum peringatan kedua protes nasional November 2019 terhadap kenaikan harga bensin.
Baca juga: Ini Negara-negara Dengan Harga BBM Termahal Sedunia
Baca juga: Iran Izinkan Beberapa Bisnis di Teheran Dibuka Kembali
Pada saat itu, harga bensin naik tiga kali lipat. Hal ini memicu protes, yang menurut Amnesty International menyebabkan kematian lebih dari 300 orang.
Akses internet juga ditutup di seluruh negeri selama hampir seminggu selama protes.
Beberapa daerah di mana protes masih berlanjut mengalami gangguan internet selama berminggu-minggu.
Video media sosial pada Selasa (26/10/2021) pagi menunjukkan antrean panjang di pompa bensin yang tidak berfungsi.